Selasa, Agustus 25, 2009

SOBAT, JANGAN LUPA JALAN PULANG YA!



Syahdan, ada seorang Raja bijaksana nan mulia. Ia memiliki Hulubalang yang sangat loyal dan mencintainya. Bahkan pembantu Raja tersebut merasa tidak cukup dan belum puas, kalau tidak mengungkapkan secara verbal loyalitas dan kecintaannya. Hingga terjadilah sebuah dialog di antara keduanya: Hulubalang: “Wahai Paduka Raja, saya sungguh cinta dan ingin berbakti sebaik mungkin kepada Baginda yang mulia!”. Raja: “Baik, saya sangat senang mendengar pengakuan ini, untuk itu besok saya akan memberikan tugas kepadamu, kamu siap?”. “Siap, Baginda!” jawab sang Hulubalang mantap. “Baiklah, dalam tugas perjalananmu nan jauh ini, saya akan sertakan tiga kawan, ingat baik-baik nasehat saya: PERLAKUKAN MEREKA DENGAN ADIL DAN JANGAN PILIH KASIH!” “Siap, Baginda!, terima-kasih, mohon do’a semoga saya bisa mengemban tugas ini dengan sukses!”

Keesokan harinya, setelah segala persiapan dan kebutuhan dirasa sudah cukup, Basyar, nama Hulubalang tersebut, memulai perjalanan jauh dengan ditemani tiga kawannya, yaitu; Anis, Harben dan Amshol. Mereka mengendarai Kuda untuk menuju sebuah pantai. Mereka melalui jalan-jalan setapak yang terjal, masuk ke hutan nan lebat, naik Gunung, turun tebing dan menelusuri bebukitan. Setibanya di Pantai, mereka segera naik Perahu dayung untuk menyeberangi lautan. Begitu Perahu itu bergerak, angin laut mulai menyapa, gulungan ombak dan badai juga datang memberikan salam perkenalan.

Setelah menyeberangi lautan, mereka tiba di tempat tujuan. Tempat itu sangat sunyi dan sepi, seolah belum pernah terinjak oleh kaki. Mereka segera mendirikan rumah kecil yang akan melindungi dari sengatan terik Mentari dan siraman air hujan. Sungguh, suasana yang serba baru dan jauh dari kemilauan serta kemegahan istana yang mereka nikmati selama ini. Sejurus kemudian, mereka berkumpul untuk musyawarah dalam pembagian tugas. Kini, memasak makanan, mencuci pakaian, mengusahakan dan menjaga kebersihan serta menjamin keamanan tempat-tinggal, menjadi rutinitas yang harus dipergilirkan.

Hari berganti minggu, minggu berlalu menjadi bulan. Rupanya Basyar mulai lupa dengan nasehat Baginda Raja. Ia berlaku dzalim. Anis dan Harben sangat dimanja dan dianak-emaskan, sementara Amshol dianak-tirikan. Kedua kawannya tersebut, ia berikan makan yang lezat dan pakaian yang mewah tanpa banyak pekerjaan yang ditugaskan. Sedangkan Amshol harus banting tulang dan peras keringat, bekerja sepanjang hari tanpa makanan, minuman, pakaian dan rehat yang cukup. Ia menjadi kurus-kering, tak ubahnya mayat hidup.

Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidak-adilan, datanglah utusan Raja membawa pesan untuk sang Hulubalang. “Basyar, besok anda diharuskan menghadap tuan Raja, sebaiknya anda segera bersiap-siap!”. Basyarpun kaget dan menjadi bingung. Ia lihat dirinya sudah semakin renta. Pandangan matanya tidak setajam dulu lagi, kulitnya juga sudah berkeriput, gigi-giginya mulai permisi satu-persatu, dan tenaganya juga sudah jauh berkurang. Dalam kegalauannya, ia kembali terbayang perjalanan panjang yang tidak mudah untuk kembali menghadap Raja. Ia pun mulai berfikir, bagaimana agar dapat sampai ke istana Raja dengan selamat. Ia teringat dengan kawan-kawanya. Secercah harapan kembali menghampirinya, ia sedikit lega dan tersenyum penuh makna.

“Harben, besok saya dipanggil baginda Raja, maukah kamu menemaniku? tanya Basyar penuh harap. Dan di luar dugaannya, Harben menjawab: “Oke, saya mau mengantar kamu, tapi hanya sampai di depan pintu rumah, sorry, saya masih banyak kebutuhan di rumah!”. Ia mulai kecewa dengan salah-satu kawannya.

Ia datangi Anis dan mengajukan permintaan serupa, namun jawaban ia mendapatkan jawaban yang belum memuaskannya. “Saya sanggup mengantar lebih jauh, saya akan mengantar kamu sampai Dermaga. Setelah itu, silahkan teruskan perjalanan dan saya harus kembali karena banyak keperluan lain!” jawab Anis. Hati Basyar yang kian hancur dan dirundung putus asa yang mendalam.

Di tengah-tengah kerisauan dan keresahan yang sangat, ia ingat kepada satu kawan lagi yang selama ini ia anak-tirikan, dilupakan dan tak diacuhkan. Hatinya bimbang dan masygul, ia sangat malu untuk minta bantuan kepada Amshol, namun ia tidak bisa berharap banyak dari dua kawan lainnya. Dengan menanggung rasa malu dan persaan tidak enak, ia datang kepada Amshol.

Sungguh, Amshol adalah prototype kawan ideal. Tanpa rasa dendam dan benci sedikitpun, ia member harapan yang sesungguhnya. “Saya akan menemani anda selama perjalanan pulang menuju istana Raja. Tapi mohon maaf, tentu saya hanya bias membantu sesuai kondisi dan kekuatan saya yang kurus-kering dan lemah ini!” jelas Amshol kepada Basyar yang mulai berlinangan air mata, ia sungguh amat menyesal sekali telah mendzalimi kawan sejatinya tersebut.

Pada keesokan harinya, mereka berempat tampak sudah bersiap-siap mengantar perjalanan pulang Basyar. Sampai di depan pintu rumah, Harben kembali masuk ke dalam rumah. Dan ketika mereka bertiga tiba di Dermaga, giliran Anis yang pamit kembali ke rumah. Kini tinggal dua sosok yang sangat memprihatinkan; Basyar yang semakian tua-renta dan Amshol yang kurus-kering!.

Dengan harapan yang tersisa di dalam dada serta kekutan jasad yang kian sekarat, mereka berdua mulai naik Perahu. Duhai....malang nian nasib Basyar…..baru beberapa menit meninggalkan Dermaga, mereka berdua tenggelam karena terjangan ombak dan badai yang tak sanggup mereka lawan.

Sampaikah Basyar ke Istana Raja? TIDAK, Ia yang katanya loyal dan cinta kepada Raja, sukseskah dalam mengemban misi di negeri baru tersebut? TIDAK, Apa sebab utama ia gagal dalam misi ini? IA LUPA KALAU HARUS KEMBALI KE ISTANA RAJA, IA MENDZALIMI KAWAN SEJATINYA.

Sobat, inilah Ilustrasi kehidupan kebanyakan manusia di dunia: Raja tersebut adalah Allah SWT, Basyar adalah kita, manusia, Anis artinya Anak Istri, Harben akronim dari Harta Benda dan Amshol merupakan Amal Sholeh. Kakek moyang kita, Nabi Adam AS. Dulu sudah berada di syurga, untuk menguji loyalitas dan kecintaan kita kepada Allah, sekarang kita berada di Dunia nan penuh dengan aneka tipu daya, hasutan, godaan dan rayuan syetan. Suka-tidak suka, yakin-tidak yakin, suatu saat nanti kita akan didatangi utusan Allah, Malaikat Izrail, karena kita memang harus kembali kepadaNya, SOBAT, JANGAN LUPA JALAN PULANG YA!.
Semoga kita berjumpa di Istana-Nya, amin!.