Kamis, September 17, 2009

Berfikirlah Sebelum Berbuat!

Pada suatu hari, ada seekor Kancil yang sedang kelaparan. Sudah berhari-hari ia tidak menemukan makanan. Badannya mulai lemas dan panas, hampir saja ia jatuh sakit. Di dalam hatinya yang paling dalam ia bertekad harus menemukan makanan, karena kalau tidak, dipastikan ajal akan segera menjemputnya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, sang Kancil malang tersebut mulai berjalan menelusuri pinggiran hutan. Sesekali ia terseok dan gontai hampir terjatuh.

Wamaa ladzdzaatu illaa ba'dat ta'bi. Sungguh kesusahan dalam usaha akan menambah manis dan indahnya hasil yang diraih. Sang Kancilpun menemukan sebuah kebun buah yang sangat ranum. Hampir segala aneka buah ada di kebun itu. Wah...Semangka yang besar nan segaaaarrr....Anggur yang menawan.... Pisang yang ahai..manisnya......dan buah-buahan yang serba menarik pandangan. Hewan bertubuh kecil itu sangat suka-cita mendapati karunia alam ini.

Sayang seribu sayang, kebun buah nan menawan itu terpagari tembok yang tinggi dan tebal. Sementara pintu masuknya terkunci rapat dari luar. Ia pantang berputus asa, ia berjalan memutari kebun buah itu dan akhirnya....ada sebuah lubang di sebuah sudut dekat jalan.Ia segera menghampirinya. Sayang...ketika ia mencoba memasukinya, hanya kepala saja yang bisa masuk, sementara badanya masih tertahan di luar. Satu-satunya cara agar ia bisa masuk ke dalam adalah ia harus menguruskan badannya sehingga lebih kecil dari lubang tersebut. Ia pun berpuasa untuk beberapa har lamanyai.

Setelah dirasa cukup, ia segera masuk ke dalam kebun buah tersebut. Dan tanpa banyak berfikir lagi, ia segera menikmati segala yang ada di sana. Ia kini hidup dalam kebun buah yang sangat memenuhi kebutuhan makannya. Lama-kelamaan, badannya kembali menjadi besar seperti sebelum kelaparan dulu.

Pada sebuah kesempatan, sang Kancil itu sedang duduk-duduk santai setelah kenyang melahap buah-buahan. Tiba-tiba matanya tertuju pada pintu kebun buah yang terkunci rapat dari luar. Ia segera teringat sesuatu."Oia, ini kan kebun buah milik pak Tani. Sebentar lagi, ia pasti akan datang memanennya, wahhh..gawaat nih.!" pikir binatang kecil itu.

Kini, hanya ada dua pilihan untuk Kancil itu: Berleha-leha menikmati aneka macam buah dengan ancaman ditangkap dan mungkin dibunuh oleh si pemilik kebun atau ia harus segera keluar menyelamatkan diri dengan meninggalkan kebun yang sangat lezat itu?. duh..pilihan yang tidak mudah ya. Akhirnya, ia memilih opsi ke dua.

Ia segera mencari lubang tempat masuk dulu. Sayang, jangankan badan, kepalanya saja kini sudah tidak muat di lubang itu. Ia terpaksa harus kembali berpuasa sementara di depan mata aneka buah sangat menggoda!. "Saya harus bisa!" pekiknya dalam hati. Akhirnya, setelah badanya kembali lebih kecil dari lubang itu, barulah ia bisa keluar menyelamatkan diri.

Fikirkanlah, sang Kancil yang biasanya cerdik itu, kali ini ia masuk kebun buah dalam keaadan lapar dan begitu juga ketika keluar darinya!. Pantas sekali Sang Idola kita, Rasulullah Muhammad SAW. mengingatkan: BETAPA BANYAK ORANG BERPUASA, NAMUN TIDAK MENDAPATKAN BAGIAN APA-APA DARI PUASNYA, KECUALI LAPAR DAN DAHAGA!. MA'ADZALLAH MIN DZALIK!

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H.Taqabbalahu minna wa minkum, kulla 'aamin wa antum bikhair, amin!.
Sukorejo Kendal,Kamis siang 27 Ramadhan 1430 H / 17 September 2009 H.

Selasa, September 08, 2009

Keutamaan Dan Hikmah Puasa Ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله أولا وأخر, الحمد لله الذي جعل رمضان شهر الصيام , وأنزل فيه القران, هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان.
أشهد أن لا إله الله وحده لاشربك له خالق العالم وأشهد أنّ محمداعبده ورسوله خير الأنام, اللهمّ صلّ على محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الأمي وعلى أله وصحبه وسلّم تسليما, عدد ما أحا ط به علمك, ما خطّ به قلمك , واحصاه كتابك وارض اللهمّ عن ساداتنا أبي بكر وعمر وعثمان وعلي وعن الصحابة أجمعبن وعن التابعين وتابعيهم بإحسان إلى يوم الدين, صبح ليس بعده مساء ومساء ليس يليه صبح, يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم.
أمّا بعد.
قال الله تعالى وتبارك وتقدّس في محكم تنزيله وهو أصدق القائلين, أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم: يا أيها الذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعللكم تتقون. (البقرة : 183).
أيّها الصائمون الأعزّاء, إتّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون!

Sidang Jum’ah rahimakumullah!
Sungguh besar pengaruh nikmat iman yang Allah karuniakan kepada kita dalam menjalani roda kehidupan. Terutama pada bulan Ramadhan nan penuh kasih-sayang dan ampunan, pengaruh iman tersebut semakin nyata adanya. Marilah sejenak kita mengigat dan memperhatikan lingkungan sekitar kita, niscaya kita akan semakin sadar bahwa hidayah Iman ini sungguh mahal tak tergantikan. Kita wajib bersyukur karena termasuk hamba-hamba Allah yang dipilihNya untuk mau dan mampu melaksanakan ibadah agung ini. Sementara di luar sana, masih banyak orang lain yang mengaku sebagai muslim, namun tanpa adanya ‘udzur syar’i, tanpa rukhshoh dan dengan sepelenya mereka tidak berpuasa. Sekali lagi, ini semua pertanda iman sangat berpengaruh terhadap perilaku dan sikap manusia. Dikatakan oleh seorang bijak, jika mau, tentu ada seribu jalan, namun jika enggan, maka akan mendatangkan beribu alasan!.

Ikhwani Fillah, arsyadakumullah!
Pengetahuan tentang keagungan dan keutamaan bulan suci Ramadhan haruslah kita fahami dengan baik, Marilah kita mereviewnya agar dapat memperoleh keberkahannya. Diantara keistimewaan bulan Ramadhan adalah:

a. Bulan Al Qur’an dan diwajibkanyya Shoum Ramadhan

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (Al Baqarah : 185).

Hendaknya kita selalu menyakinkan diri bahwa alQur’an adalah way of life (jalan hidup), tahapanya adalah kita harus mampu membacanya dengan baik, memahami kandungannya, mengamalkan pemahaman tersebut secara optimal serta mendakwahkannya melalui berbagai media dan sarana.
Pada masa awal Islam, mereka diberi pilihan untuk berpuasa bagi yang mau, adapun yang lain boleh menggantinya dengan fidyah. Kemudian dengan turunnya QS. Al Baqarah: 183, semua umat Islam diwajibkan Shoum Ramadhan, kecuali yang mendapatkan Rukhshoh yaitu orang yang sakit yang tidak mampu berpuasa, orang yang sedang melakukan perjalanan jauh, wanita yang sedang melahirkan dan menyusui. Dan mereka diwajibkan mengganti puasa tersebut di hari-hari lain.

Ternyata bukan hanya umat Muhammad yang berpuasa. Sejarah mencatat, sebelum kedatangan Muhammad, umat Nabi yang lain diwajibkan berpuasa. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, nabi Adam alaihissalam diperintahkan untuk tidak memakan buah khuldi, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu. “Janganlah kamu mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (Al-Baqarah: 35).

Begitu pula nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Dalam Surah Maryam dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa. Nabi Daud alaihissalam sehari berpuasa dan sehari berbuka pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad saw. Sendiri sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain. Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Madinah pada masa itu turut mengamalkan puasa Asyura.

Begitu pula, binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular, berpuasa baginya untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga.
Jika berpuasa merupakan sunnah thobi’iyyah (sunnah kehidupan) sebagai langkah untuk tetap survive, mengapa manusia tidak? Terlebih lagi jika kewajiban puasa diembankan kepada umat Islam, tentu saja memikili makna filosofis dan hikmah tersendiri.

b. Dibelenggunya Syaitan

Jika telah tiba bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Bagi seorang mu’min sejati, insya Allah, dengan hadirnya bulan Ramadhan ini, ia mau dan mampu merasakan semangat ibadah yang lebih maksimal dan meningkat, dibandingkan dengan di luar bulan Ramadhan. Hanya yang belum tercerahkan dengan hidayah Allah sajalah, yang belum merasakan nikmatnya beribadah di bulan Ramadhan ini.
c. Lailatul Qadr
Inilah malam yang memiliki kemulian melebihi seibu bulan. Memang banyak pendapat tentang tanda-tanda dan kapan datangnya malam itu. Maka satu-satunya cara agar kita mendapatkannya adalah pastikan bahwa satu bulan full selama Ramadhan ini, kita tidak ketinggalan dari berbagai ibadah, seperti sholat fardhu 5 waktu dengan berjama’ah di masjid, mendawamkan qiyamullalil dan shalat-shalat sunnah lainnya, tadarrus Al Qur’an, I’tikaf serta ibadah-ibadah lainnya.

Ikwani fiddin, a’azzakumullah!.
Ibadah Shoum memiiki fadhilah dan hikmah yang sangat penting bagi manusia. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan ibadah Shoum Ramadhan akan mendapatkan: penghargaan, penghormatan dan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa, diampuni dosa-dosanya, mendapatkan pahala yang berlipat-ganda, diselamatkan dari siksa api Neraka dan akhirnya dimasukkan ke Syurga.

Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda : Setiap amal manusia terdapat pahala yang terbatas kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku (Allah) yang membalasnya, dan puasa adalah perisai. Dan pada hari puasa janganlah kalian mengatakan atau melakukan perbuatan keji dan janganlah membuat gaduh, jika salah seorang kalian mencelanya atau membunuhnya maka hendaklah mengatakan : Sesungguhnya aku sedang berpuasa , demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya benar-benar bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi, bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang ia gembira dengan keduanya : jika berbuka ia gembira, dan jika bertemu Allah dengan puasanya ia gembira. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Puasa adalah perisai, dengannya seorang hamba terjaga dari api neraka (hadits shahih riwayat Ahmad)

Dari Abu Umamah, ia berkata, aku bertanya Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amal yang memasukkanku ke surga, Nabi bersabda : Hendaknya engkau berpuasa, tiada yang menyamainya. (Hadits riwayat Nasai, ibnu Hibban, dan Hakim dan sanadnya shahih)

Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, berkata puasa : Ya Allah, Engkau telah mencegah orang yang berpuasa dari makanan dan syahwat, maka berikanlah syafaatku padanya, dan berkata Al Qur’an : (Ya Allah) Engkau mencegahnya dari tidur pada malam hari, maka berikanlah syafaatku padanya, Allah berfirman :Keduanya akan diberi syafaat.(Hadits riwayat Ahmad dan Hakim).

Dari Hudzaifah bin Yaman ia berkata, Rasulullah bersabda :Fitnah laki-laki pada keluarganya, hartanya, anaknya, tetangganya, dihapuskan oleh shalat, puasa dan sedekah. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Sahl dari Nabi bersabda :Sesungguhnya dalam syurga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hariu kiamat, dan selain mereka tidak akan masuk melaluinya. Dikatakan : Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka pun berdiri.Dan selain mereka tidak akan memasukinya . Maka jika orang-orang yang berpuasa sudah memasukinya ditutuplah pintu itu dan tidak seorangpun akan memasukinya, Dan barangsiapa yang telah masuk ia pasti minum dan barangsiapa yang minum ia tidak akan kehausan selamanya. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).

Ikhwani fillah, arsyadakumullah!
Ibadah Shoum juga memilki berbagai hikmah yang luar biasa. Baik secara pribadi maupun kolektif.

Puasa dan Muraqabah
Ibadah puasa dimaksudkan, antara lain, untuk menumbuhkan kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran bahwa Allah SWT hadir, melihat, dan menyaksikan semua prilaku kita. Kesadaran inilah yang membuat seseorang malu dan tak mau berbuat dosa. ''Seorang tidak mungkin mencuri atau melakukan kejahatan, sedangkan ia beriman kepada Allah dalam arti menyadari kehadiran dan pengawasan-Nya.'' (HR Muslim).

Pengawasan Allah ini bersifat absolut; lahir dan batin. Tak ada sesuatu kecuali di bawah kontrol dan pengawasan-Nya. Dalam Alquran, Allah SWT disebut sebagai pengawas manusia (QS an-Nisaa [4]: 1), bahkan pengawas segala perkara. ''Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.''(QS Al-Ahzab [33]: 52).
Dalam ajaran kerohanian Islam, kesadaran yang tinggi tentang adanya pengawasan Allah SWT itu dinamai muraqabah. Muraqabah dimaknai sebagai kemampuan memusatkan pikiran dan perhatian menuju Allah SWT semata. Kedudukan muraqabah menjadi penting, karena tanpa muraqabah, derajat takwa yang menjadi tujuan akhir puasa tidak mungkin bisa dicapai.

Imam Qusyairi, dalam bukunya yang termasyhur, Risalah al-Qusyairiyah, menuturkan, tiga keutamaan dari kesadaran adanya pengawasan Tuhan (muraqabah) itu:
Pertama, muraqabah mendorong manusia melakukan evaluasi dan introspeksi diri (mahasabat al-nafs). Kata Qusyairi, orang yang menyadari Allah SWT mengawasi laku perbuatannya, ia pasti akan menghitung-hitung dan mengkalkulasi kebaikan dan terutama keburukan serta dosa-dosanya.
Kedua, muraqabah meningkatkan rasa takut kepada Allah SWT (makhafat Allah). Nabi Yusuf selamat dari godaan Zulaikha, karena kesadaran (muraqabah) ini. ''Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan dosa) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (QS Yusuf [12]: 24).
Ketiga, sebagai kelanjutan logis dari dua keutamaan tersebut, muraqabah dapat mendorong manusia meningkatkan amal kebaikan (shalih al-a'mal). Sufi lain al-Sarraj, pengarang kitab al-Luma', menambahkan satu keutamaan lain dari muraqabah, yaitu perasaan dekat dengaan Allah SWT (hal al-qurb).

Perasaan dekat ini akan mempertebal pengharapan atau optimisme (al-raja'), dan selanjutnya optimisme memperbesar peluang terkabulnya doa. Inilah makna firman Allah SWT, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.'' (QS Albaqarah [2]: 186).



Puasa dan Solidaritas Sosial

Ikhwani Fillah, arsyadakumullah!
Rasulullah SAW. Mengajarkan bahwa shadaqah yang terbaik adalah shadaqah di bulan Ramadhan. Makanya beliau sangat menganjurkan umatnya untuk saling berbagi rizki dan kepedulian, baik berupa memberikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa (Ta’jil dan Ifthorus Shaim), santunan anak yatim dan juga zakat fitrah. Mengapa?
Karena, ternyata puasa bukan hanya menahan dari segala sesuatu yang merugikan diri sendiri atau orang lain, melainkan merefleksikan diri untuk turut hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, memusnahkan kecemburuan sosial serta melibatkan diri dengan sikap tepa selira dengan menjalin hidup dalam kebersamaan, serta melatih diri untuk selalu peka terhadap lingkungan. Rahasia-rahasia tersebut ternyata ada pada kalimat terakhir pada ayat 183 surah al-Baqarah.

Allah swt mengakhiri ayat tersebut dengan “agar kalian bertakwa”. Syekh Musthafa Shodiq al-Rafi’ie (w. 1356 H/1937 M) dalam bukunya wahy al-Qalam mentakwil kata “takwa” dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme dan kodrat manusia dari perilaku layaknya binatang. Dengan puasa, manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dari sini puasa memiliki multifungsi. Setidaknya ada tiga fungsi puasa: tazhib, ta’dib dan tadrib. Puasa adalah sarana untuk mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta’dib), serta medium latihan untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya bermuara pada tujuan akhir puasa: takwa. Takwa dalam pengertian yang lebih umum adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Takwa dan kesalehan sosial adalah dua wajah dari satu keping mata uang yang sama, mengintegral dan tak dapat dipisahkan.

Hadirin, sidang jum’ah rahimakullah!
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita bermunajat, semoga Allah senantiasa menyayangi dan menolong kita dalam kehidupan ini. Secara khusus, marilah kita juga panjaatkan do’a semoga untuk saudara-saudara kita yang di Tasikmalaya dan sekitarnya, yang sedang Allah berikan musibah gempa bumi 7,3 skala richter. Menurut informasi di televise, bencana alam ini telah menghancurkan 18.000 rumah lebih sehinga ribuan orang harus menjalani ibadah Shoum dalam tenda-tenda pengungsian. Di sisi lain, puluhan orang dipastikan sudah meninggal dunia serta ratusan lainnya mengalami luka-luka. Semoga Allah mudahkan urusan mereka dan menjadi pelajaran bagi kita semua, amin!.

بارك الله ولكم في القرأن الكريم, نفعني وإياّكم يما فيه من الأيات و الذكر الحكيم, وجعلني وإيّكم من الصالحين المخلصين في كلّ وقت ومكان, و سلّمني و إيّاكم من كلّ مصيبة ومعصية, أمين يا مجيب السائلين!

Darunnjah Cipining Bogor, Jum’at 14 Ramadhan 1430 H

Rabu, September 02, 2009

MEMONOPOLI SYURGA?, JANGAN DONG! (Berhikmah Dalam Berda’wah).


Alkisah ada dua santri yang baru saja menyelesaikan tahapan tholabul ‘ilminya di sebuah pesantren. Meskipun mereka berdua masih memilki hubungan keluarga, namun watak, sikap dan perilaku mereka tidak sama. Sebut saja nama keduanya adalah Alif dan Ba. Masing-masing memiliki kelebihan, sebagaimana nereka juga mempunyai kekurangan. Alif berwatak keras, tegas, teguh pendirian, tidak kenal kompromi dalam nahi munkar, boleh dibilang ia kurang sabar ketika melihat fenomena di depan mata, yang tidak sreg dengan hati nuraninya. Sedangkan Ba memiliki watak yang halus, low profile, lembut, senang bermusyawarah dan mencoba untuk mengerti kondisi yang dihadapi.

Sekembalinya di tempat asal, mereka segera bersosialisasi dengan masyarakat. Mereka juga mencoba akrab dengan para tokoh agama sebagaimana yang mereka praktekan selama di pesantren. Kedekatan mereka dengan para kyai tersebut, menghantarkan mereka mendapat tempat tersendiri di hati para pewaris Nabi ini. Hingga pada suatu hari, mereka berdua mendapatkan tugas untuk menjadi dai di kampung sebelah.

Tersiar kabar bahwa di kampung sebelah terdapat sebuah aliran sesat. Ada seorang kyai yang mengajari umatnya untuk sholat sambil membawa Gayung. Tentu saja, serta merta kabar itu tersebar luas hingga menjadi buah bibir di kalangan para kyai dan umat di kampung lainnya. Di sinilah, kedua alumni santri tersebut mendapatkan tugas untuk meluruskan apa yang mreka sebut ‘bid’ah dholalah’ itu.

Giliran pertama diberikan kepada Alif. Ia segera datang ke kampung tersebut dan menyaksiskan dengan mata kepala sendiri, apa yang selama ini menghebohkan itu. Merasa berkewajiban untuk ishlah, darahnya mendidih seketika melihat ibadah utama itu dilakukan dengan cara yang tidak lazim. Dan tanpa basa-basi, ia segera melancarkan misi utamanya. Ia minta kesempatan pada kyai kampung tersebut, untuk menyampaikan tau’iyah. “Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah, sungguh apa yang kalian lakukan dalam sholat dengan membawa gayung ini, merupakan Bid’ah Dholalah, dan pelakunya yang tidak mau bertaubat, pasti akan masuk Neraka yang mengerikan!” jelasnya berapi-api tanpa peduli perasaan hati mereka.

Apa yang terjadi selanjutnya?. Mendengar peringatan keras itu, umat bukannya merasa mendapat pencerahan, namun justru merasa dilecehkan. Tanpa diduga, salah-seorang dari mereka berteriak: “Pukul…ini adalah penghinaan terhadap pak kyai kita!”,Serta-merta mereka memukuli dai muda tersebut dengan gayung-gayung yang masih mereka pegang. Tak ayal lagi, pemuda tersebut pingsang dan sekujur tubuhnya babak-belur dihajar massa. Ia segera dikembalikan ke daerah asalnya.

Selang beberapa lama kemudian, tibalah giliran Ba. Ia datangi jama’ah yang sedang sholat Maghrib sambil membawa gayung tersebut. Ia ikut sholat berjama’ah dengan mereka, namun tentu saja minus Gayung. Seusai wirid dan sholat ba’diyah, ia sowan kepada kyai kampung itu. “Assalamu’alaikum pak kyai, bagaimana kabar jama’ah?” sapanya dengan penuh kesopanan. “Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Adik ini siapa ya?” jawab pak kyai dengan tawadhu. Sungguh, sekencang kita melempar Bola ke dinding, sekencang itulah ia berputar arah kembali ke arah kita. Singkat cerita, mereka tampak akrab dengan mengormati maqam masing-masing.

Ditengah suasana silaturahmi yang kondusif ini, da’i muda tersebut mulai masuk ke dalam misi utamanya. “Pak kyai, mohon maaf nih, boleh nggak saya ingin ngaji di sini?”. “O..silahkan, dengan senang hati” jawab kyai. “Kalau pak kyai berkenan, saya ingin tahu referensi tata-cara sholat yang diajarkan kepada umat di sini!”. Selang beberapa menit, kyai tersebut datang kembali dengan membawa dua buah kitab Kuning dalam judul yang sama. Satu kitab dipegang oleh kyai, dan yang lainnya dipegang oleh santri abadi. Mereka pun mulai menelusuri huruf-huruf Arab tanpa harakat atau yang dikenal dengan kitab gundul.

Ketika mereka sampai kepada bab Sholat, terjadilah dialog berikut ini: “Pak kyai, mengapa umat Islam di sini ketika sholat mereka sambil membawa gayung?” Tanya Ba. Sejenak kyai tersebut memperhatikan wajah pemuda di hadapannya, ia tidak temukan rona penentangan, justru sebaliknya, tampak keingintahuannya. “Coba kamu perhatikan baris ini!” pinta kyai sambil menunjuk deretan kalimat yang terdiri dari huruf-huruf: Shod, lam bertasydid, wawu dan alif, rangkaian berikutnya ba bersambung dengan alif, disusul lam disambung dengan mim, ghin, ra, fa dan ta marbhuthah. “Silahkan, coba kamu baca” kyai itu menyuruhnya membaca rangkaian itu. “Sholluu bilmighrafah!” bacanya dengan yakin. “Apa artinya?” Tanya kyai. “Sholatlah kamu sekalian dengan Gayung!”.

Dai muda ini sedikit kaget mendapati tulisan dan arti dalil itu. Ia coba bersikap setenang mungkin meskipun hatinya mulai tidak nyaman dengan apa yang dihadapinya. Diam-diam ia berdo’a dalam hatinya, memohon kepada Allah agar menjadi asbab hidayah bagi ummat. “Allahumma alhimnaa maraasyida umuurinaa wa a’idznaa min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa, amin!”. Allah memang Maha Kuasa, sekonyong-konyong ia melihat kitab yang dipegangnya, dan mendapati rangkaian kalimat tersebut dengan sedikit perbedaan. “Pak kyai, mohon maaf nih, kok tulisan yang di kitab ini, agak berbeda?”. “Yang mana?” Tanya kyai. “Di sini tertulis: Sholluu bil ma’rifah!”. Jawab dai muda itu tanpa ragu-ragu. “mana yang benar, pak kyai?”.

Kyai tersebut termenung sambil mengerutkan dahinya. Beliau mencoba mengingat-ingat sesuatu. Dan….akhirnya, beliaupun tersenyum sendiri. Dai muda itu agak heran, belum sempat ia mengungkapkan keheranannya, beliau berkata: “Astaghfirulah……subhanallah wal hamdulillah walaailaahaillahu Allahu Akbar!”. “Ada apa pak kyai?”. “Alhamdulillah, kehadiran ananda ke sini, membawa berkah kebenaran. Rupanya selama ini, saya telah mengajarkan sesuatu yang salah kepada umat!”. “Mengapa bisa begitu pak kyai?”. “Dulu ketika saya ngaji, saya termasuk santri pelor alias nempel-molor he…., ketika saya sedang ngaji bab sholat ini, saya sedang ngantuk berat sekali, rupanya bolpen yang saya pegang jatuh tepat di atas huruf ‘ain. Makanya, saya membacanya: shollu bilmighrafah, padahal mestinya Shollu bil ma’rifah yang artinya Sholatlah kamu sekalian dengan penuh mengerti maksudnya!”

Sebelum Sholat Isya, kyai tersebut mengumpulkan jama’ahnya dan menceritakan ihwal kesalahnnya dalam mengajarkan sholat sambil membawa Gayung tersebut. “Kita patut bersyukur kepada Allah dan berterima-kasih kepada santri ini, karena sekarang kita terbebas dari bid’ah dholalah itu” ungkap kyai sambil tersenyum penuh syukur kepada dai muda tersebut. Beliaupun menceritakan betapa bahayanya menjadi santri pelor alias nempel molor, karena bisa salah faham. Mereka memulai sholat Isya tanpa membawa gayung lagi. Dai muda itu merasa sangat senang dan segera pamit pulang. Benar sabda Rasulullah SAW.: “Ketika seseorang mendapatkan kebenaran karena disebabkan olehmu, hal itu jauh lebih berharga daripada Unta Merah!”. Salam sukses untuk para Dai di manapun dan kapanpun!.
(Diceitakan ulang oleh Muhlisin Ibnu Muhtarom, Jum’at Sore, 7 Ramadhan 1430 H, di ‘Penjara Suci’ Darunnajah Cipining Bogor)