Jumat, Desember 25, 2009

Yuk Belajar Tentang 'Ucapan Semat Natal'!

(Diambil dari situs Eramuslim}
Hukum Mengucapkan Selamat Natal
Senin, 15/12/2008 09:45 WIB

Assalamu'alaikum Pa Ustadz

Saya ingin bertanya bagaimana hukumnya dalam Islam mengucapkan selamat natal. Apakah haram hukumnya? Bagaimana bila alasannya ingin menjaga hubungan baik dgn teman-teman ataupun relasi? Terima kasih untuk jawabannya.

Pertanyaan kedua, bagaimana hukumnya seorang pegawai supermarket yang diminta atasan untuk mengenakan topi sinterklaus dalam rangka memeriahkan natal.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

De
Jawaban

Waalaikumussalam Wr Wb

Perbedaan Pendapat tentang Mengucapkan Selamat Natal

Diantara tema yang mengandung perdebatan setiap tahunnya adalah ucapan selamat Hari Natal. Para ulama kontemporer berbeda pendapat didalam penentuan hukum fiqihnya antara yang mendukung ucapan selamat dengan yang menentangnya. Kedua kelompok ini bersandar kepada sejumlah dalil.

Meskipun pengucapan selamat hari natal ini sebagiannya masuk didalam wilayah aqidah namun ia memiliki hukum fiqih yang bersandar kepada pemahaman yang mendalam, penelaahan yang rinci terhadap berbagai nash-nash syar’i.

Ada dua pendapat didalam permasalahan ini :

1. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin—semoga Allah merahmati mereka—serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.

Diantara bentuk-bentuk tasyabbuh :
1. Ikut serta didalam hari raya tersebut.
2. Mentransfer perayaan-perayaan mereka ke neger-negeri islam.

Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari sikap menyerupai perbuatan-perbuatan mereka, menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan tersebut, tidak menolong seorang muslim didalam menyerupai perayaan hari raya mereka, tidak mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan berbagai nama dan istilah khusus didalam ibadah mereka.

2. Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal.
Di antaranya Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah swt namun dicintai-Nya sebagaimana Dia swt mencintai berbuat adil. Firman Allah swt :Artinya :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Terlebih lagi jika mereka mengucapkan selamat Hari Raya kepada kaum muslimin. Firman Allah swt :

وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا ﴿٨٦﴾

Artinya : “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 86)

Lembaga Riset dan Fatwa Eropa juga membolehkan pengucapan selamat ini jika mereka bukan termasuk orang-orang yang memerangi kaum muslimin khususnya dalam keadaan dimana kaum muslimin minoritas seperti di Barat. Setelah memaparkan berbagai dalil, Lembaga ini memberikan kesimpulan sebagai berikut : Tidak dilarang bagi seorang muslim atau Markaz Islam memberikan selamat atas perayaan ini, baik dengan lisan maupun pengiriman kartu ucapan yang tidak menampilkan simbol mereka atau berbagai ungkapan keagamaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti salib. Sesungguhnya Islam menafikan fikroh salib, firman-Nya :

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا ﴿١٥٧﴾

Artinya : “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.” (QS. An Nisaa : 157)

Kalimat-kalimat yang digunakan dalam pemberian selamat ini pun harus yang tidak mengandung pengukuhan atas agama mereka atau ridho dengannya. Adapun kalimat yang digunakan adalah kalimat pertemanan yang sudah dikenal dimasyarakat.

Tidak dilarang untuk menerima berbagai hadiah dari mereka karena sesungguhnya Nabi saw telah menerima berbagai hadiah dari non muslim seperti al Muqouqis Pemimpin al Qibthi di Mesir dan juga yang lainnya dengan persyaratan bahwa hadiah itu bukanlah yang diharamkan oleh kaum muslimin seperti khomer, daging babi dan lainnya.

Diantara para ulama yang membolehkan adalah DR. Abdus Sattar Fathullah Sa’id, ustadz bidang tafsir dan ilmu-ilmu Al Qur’an di Universitas Al Azhar, DR. Muhammad Sayyid Dasuki, ustadz Syari’ah di Univrsitas Qatar, Ustadz Musthafa az Zarqo serta Syeikh Muhammad Rasyd Ridho. (www.islamonline.net)

Adapun MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 1981 sebelum mengeluarkan fatwanya, terlebih dahulu mengemukakan dasar-dasar ajaran Islam dengan disertai berbagai dalil baik dari Al Qur’an maupun Hadits Nabi saw sebagai berikut :

A) Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan.

B) Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain.

C) Bahwa ummat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Almasih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain.

D) Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik.

E) Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak.

F) Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu.

G) Islam mengajarkan ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.

Juga berdasarkan Kaidah Ushul Fikih
''Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan mushalihnya tidak dihasilkan)''.
Untuk kemudian MUI mengeluarkan fatwanya berisi :

1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
3. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wata'ala dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.

Mengucapkan Selamat Hari Natal Haram kecuali Darurat

Diantara dalil yang digunakan para ulama yang membolehkan mengucapkan Selamat Hari Natal adalah firman Allah swt :

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾

Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)

Ayat ini merupakan rukhshoh (keringanan) dari Allah swt untuk membina hubungan dengan orang-orang yang tidak memusuhi kaum mukminin dan tidak memerangi mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa hal itu adalah pada awal-awal islam yaitu untuk menghindar dan meninggalkan perintah berperang kemudian di-mansukh (dihapus).

Qatadhah mengatakan bahwa ayat ini dihapus dengan firman Allah swt :

....فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ﴿٥﴾

Artinya : “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” (QS. At Taubah : 5)

Adapula yang menyebutkan bahwa hukum ini dikarenakan satu sebab yaitu perdamaian. Ketika perdamaian hilang dengan futuh Mekah maka hukum didalam ayat ini di-mansukh (dihapus) dan yang tinggal hanya tulisannya untuk dibaca. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini khusus untuk para sekutu Nabi saw dan orang-orang yang terikat perjanjian dengan Nabi saw dan tidak memutuskannya, demikian dikatakan al Hasan.

Al Kalibi mengatakan bahwa mereka adalah Khuza’ah, Banil Harits bin Abdi Manaf, demikian pula dikatakan oleh Abu Sholeh. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah Khuza’ah.

Mujahid mengatakan bahwa ayat ini dikhususkan terhadap orang-orang beriman yang tidak berhijrah. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud didalam ayat ini adalah kaum wanita dan anak-anak dikarenakan mereka tidak ikut memerangi, maka Allah swt mengizinkan untuk berbuat baik kepada mereka, demikianlah disebutkan oleh sebagian ahli tafsir… (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz IX hal 311)

Dari pemaparan yang dsebutkan Imam Qurthubi diatas maka ayat ini tidak bisa diperlakukan secara umum tetapi dikhususkan untuk orang-orang yang terikat perjanjian dengan Rasulullah saw selama mereka tidak memutuskannya (ahli dzimmah).

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban kafir dzimmi adalah sama persis dengan kaum muslimin di suatu negara islam. Mereka semua berada dibawah kontrol penuh dari pemerintahan islam sehingga setiap kali mereka melakukan tindakan kriminal, kejahatan atau melanggar perjanjian maka langsung mendapatkan sangsi dari pemerintah.

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang diantara mereka di jalan maka sempitkanlah jalannya.” (HR. Muslim)

Yang dimaksud dengan sempitkan jalan mereka adalah jangan biarkan seorang dzimmi berada ditengah jalan akan tetapi jadikan dia agar berada ditempat yang paling sempit apabila kaum muslimin ikut berjalan bersamanya. Namun apabila jalan itu tidak ramai maka tidak ada halangan baginya. Mereka mengatakan : “Akan tetapi penyempitan di sini jangan sampai menyebabkan orang itu terdorong ke jurang, terbentur dinding atau yang sejenisnya.” (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XIV hal 211)

Hadits “menyempitkan jalan” itu menunjukkan bahwa seorang muslim harus bisa menjaga izzahnya dihadapan orang-orang non muslim tanpa pernah mau merendahkannya apalagi direndahkan. Namun demikian dalam menampilkan izzah tersebut janganlah sampai menzhalimi mereka sehingga mereka jatuh ke jurang atau terbentur dinding karena jika ini terjadi maka ia akan mendapatkan sangsi.

Disebutkan didalam sejarah bahwa Umar bin Khottob pernah mengadili Gubernur Mesir Amr bin Ash karena perlakuan anaknya yang memukul seorang Nasrani Qibti dalam suatu permainan. Hakim Syuraih pernah memenangkan seorang Yahudi terhadap Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib dalam kasus beju besinya.

Sedangkan pada zaman ini, orang-orang non muslim tidaklah berada dibawah suatu pemerintahan islam yang terus mengawasinya dan bisa memberikan sangsi tegas ketika mereka melakukan pelanggaran kemanusiaan, pelecehan maupun tindakan kriminal terhadap seseorang muslim ataupun umat islam.

Keadaan justru sebaliknya, orang-orang non muslim tampak mendominanasi di berbagai aspek kehidupan manusia baik pilitik, ekonomi, budaya maupun militer. Tidak jarang dikarenakan dominasi ini, mereka melakukan berbagai penghinaan atau pelecehan terhadap simbol-simbol islam sementara si pelakunya tidak pernah mendapatkan sangsi yang tegas dari pemerintahan setempat, terutama di daerah-daerah atau negara-negara yang minoritas kaum muslimin.

Bukan berarti dalam kondisi dimana orang-orang non muslim begitu dominan kemudian kaum muslimin harus kehilangan izzahnya dan larut bersama mereka, mengikuti atau mengakui ajaran-ajaran agama mereka. Seorang muslim harus tetap bisa mempertahankan ciri khas keislamannya dihadapan berbagai ciri khas yang bukan islam didalam kondisi bagaimanapun.

Tentunya diantara mereka—orang-orang non muslim—ada yang berbuat baik kepada kaum muslimin dan tidak menyakitinya maka terhadap mereka setiap muslim diharuskan membalasnya dengan perbuatan baik pula.

Al Qur’an maupun Sunah banyak menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik terhadap sesama muslim maupun non muslim, diantaranya : surat al Mumtahanah ayat 8 diatas. Sabda Rasulullah saw,”Sayangilah orang yang ada di bumi maka yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR. Thabrani) Juga sabdanya saw,”Barangsiapa yang menyakiti seorang dzimmi maka aku akan menjadi lawannya di hari kiamat.” (HR. Muslim)

Perbuatan baik kepada mereka bukan berarti harus masuk kedalam prinsip-prinsip agama mereka (aqidah) karena batasan didalam hal ini sudah sangat jelas dan tegas digariskan oleh Allah swt :

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾

Artinya : “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al Kafirun : 6)

Hari Natal adalah bagian dari prinsip-prinsip agama Nasrani, mereka meyakini bahwa di hari inilah Yesus Kristus dilahirkan. Didalam bahasa Inggris disebut dengan Christmas, Christ berarti Kristus sedangkan Mass berarti masa atau kumpulan jadi bahwa pada hari itu banyak orang berkumpul mengingat / merayakan hari kelahiran Kristus. Dan Kristus menurut keyakinan mereka adalah Allah yang mejelma.

Berbuat kebaikan kepada mereka dalam hal ini adalah bukan dengan ikut memberikan selamat Hari Natal dikarenakan alasan diatas akan tetapi dengan tidak mengganggu mereka didalam merayakannya (aspek sosial).

Pemberian ucapan selamat Natal baik dengan lisan, telepon, sms, email ataupun pengiriman kartu berarti sudah memberikan pengakuan terhadap agama mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka. Hal ini dilarang oleh Allah swt dalam firman-Nya,

إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ ﴿٧﴾

Artinya : “Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az Zumar : 7)

Jadi pemberian ucapan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani baik ia adalah kerabat, teman dekat, tetangga, teman kantor, teman sekolah dan lainnya adalah haram hukumnya, sebagaimana pendapat kelompok pertama (Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibn Baaz dan lainnya) dan juga fatwa MUI.

Namun demikian setiap muslim yang berada diantara lingkungan mayoritas orang-orang Nasrani, seperti muslim yang tempat tinggalnya diantara rumah-rumah orang Nasrani, pegawai yang bekerja dengan orang Nasrani, seorang siswa di sekolah Nasrani, seorang pebisnis muslim yang sangat tergantung dengan pebisinis Nasrani atau kaum muslimin yang berada di daerah-daerah atau negeri-negeri non muslim maka boleh memberikan ucapan selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani yang ada di sekitarnya tersebut disebabkan keterpaksaan. Ucapan selamat yang keluar darinya pun harus tidak dibarengi dengan keredhoan didalam hatinya serta diharuskan baginya untuk beristighfar dan bertaubat.

Diantara kondisi terpaksa misalnya; jika seorang pegawai muslim tidak mengucapkan Selamat Hari Natal kepada boss atau atasannya maka ia akan dipecat, karirnya dihambat, dikurangi hak-haknya. Atau seorang siswa muslim apabila tidak memberikan ucapan Selamat Natal kepada Gurunya maka kemungkinan ia akan ditekan nilainya, diperlakukan tidak adil, dikurangi hak-haknya. Atau seorang muslim yang tinggal di suatu daerah atau negara non muslim apabila tidak memberikan Selamat Hari Natal kepada para tetangga Nasrani di sekitarnya akan mendapatkan tekanan sosial dan lain sebagainya.

مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٠٦﴾

Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An Nahl : 106)

Adapun apabila keadaan atau kondisi sekitarnya tidaklah memaksa atau mendesaknya dan tidak ada pengaruh sama sekali terhadap karir, jabatan, hak-hak atau perlakuan orang-orang Nasrani sekelilingnya terhadap diri dan keluarganya maka tidak diperbolehkan baginya mengucapkan Selamat Hari Natal kepada mereka.

Hukum Mengenakan Topi Sinterklas

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya bangga terhadap agamanya yang diimplementasikan dengan berpenampilan yang mencirikan keislamannya. Allah swt telah menetapkan berbagai ciri khas seorang muslim yang membedakannya dari orang-orang non muslim.

Dari sisi bisnis dan muamalah, islam menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba yang merupakan warisan orang-orang jahiliyah. Dari sisi busana, islam memerintahkan umatnya untuk menggunakan busana yang menutup auratnya kecuali terhadap orang-orang yang diperbolehkan melihatnya dari kalangan anggota keluarganya. Dari sisi penampilan, islam meminta kepada seorang muslim untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis.

Islam meminta setiap umatnya untuk bisa membedakan penampilannya dari orang-orang non muslim, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Bedakanlah dirimu dari orang-orang musyrik, panjangkanlah jenggot dan cukurlah kumis.” (Muttafaq Alaih)

Islam melarang umatnya untuk meniru-niru berbagai prilaku yang menjadi bagian ritual keagamaan tertentu diluar islam atau mengenakan simbol-simbol yang menjadi ciri khas mereka seperti mengenakan salib atau pakaian khas mereka.

Terkadang seorang muslim juga mengenakan topi dan pakaian Sinterklas didalam suatu pesta perayaan Natal dengan teman-teman atau bossnya, untuk menyambut para tamu perusahaan yang datang atau yang lainnya.

Sinterklas sendiri berasal dari Holland yang dibawa ke negeri kita. Dan diantara keyakinan orang-orang Nasrani adalah bahwa ia sebenarnya adalah seorang uskup gereja katolik yang pada usia 18 tahun sudah diangkat sebagai pastor. Ia memiliki sikap belas kasihan, membela umat dan fakir miskin. Bahkah didalam legenda mereka disebutkan bahwa ia adalah wakil Tuhan dikarenakan bisa menghidupkan orang yang sudah mati.

Sinterklas yang ada sekarang dalam hal pakaian maupun postur tubuhnya, dengan mengenakan topi tidur, baju berwarna merah tanpa jubah dan bertubuh gendut serta selalu tertawa adalah berasal dari Amerika yang berbeda dengan aslinya yang berasal dari Turki yang selalu mengenakan jubah, tidak mesti berbaju merah, tidak gendut dan jarang tertawa. (disarikan dari sumber : http://h-k-b-p.blogspot.com)

Namun demikian topi tidur dengan pakaian merah yang biasa dikenakan sinterklas ini sudah menjadi ciri khas orang-orang Nasrani yang hanya ada pada saat perayaan Hari Natal sehingga dilarang bagi setiap muslim mengenakannya dikarenakan termasuk didalam meniru-niru suatu kaum diluar islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Siapa yang meniru suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka.” (Muttafaq Alaih)

Tidak jarang diawali dari sekedar meniru berubah menjadi penerinaan dan akhirnya menjadi pengakuan sehingga bukan tidak mungkin bagi kaum muslimin yang tidak memiliki dasar keimanan yang kuat kepada Allah ia akan terseret lebih jauh lagi dari sekedar pengakuan namun bisa menjadikannya berpindah agama (murtad)

Akan tetapi jika memang seseorang muslim berada dalam kondisi terdesak dan berbagai upaya untuk menghindar darinya tidak berhasil maka ia diperbolehkan mengenakannya dikarenakan darurat atau terpaksa dengan hati yang tidak redho, beristighfar dan bertaubat kepada Allah swt, seperti : seorang karyawan supermarket miliki seorang Nasrani, seorang resepsionis suatu perusahaan asing, para penjaga counter di perusahaan non muslim untuk yang diharuskan mengenakan topi sinterklas dalam menyambut para tamunya dengan ancaman apabila ia menolaknya maka akan dipecat.

Wallahu A’lam

Selasa, Oktober 13, 2009

Ada Apa Dengan Nama Kita?


(Sayyid Husaein, Doktor Kecil Penghafal Al Qur'an)


Kisah ini tentag nama seorang gadis remaja yang menjelang dewasa, usianya 17 tahun. Ia patut bersyukur karena dikaruniai kecantikan lahir dan bathin (inner beauty). Ia tampak begitu anggun, ayu dan pastinya mempesona bagi kaum pria yang bersua denganya, baik disengaja ataupun tidak. Meskipun ia tidak secantik Zulaiha, secerdas Aisyah, sesuci Maryam, sesetia Khadijah, serajin Fatimah dan sezuhud Rabi'ah Al Adawiyyah, namun untuk ukuran gadis desa ia nyaris sempruna.

Meskipun gadis tersebut cukup istimewa, rupanya ia tidak berasal dari keluarga berada, justru ayahnya boleh dibilang kurang pergaulan. Sementara ibunya hanya sibuk dengan rutinitas rumah tangga. Ia merupakan anak semata wayang, maka tak mengherankan kalau sangat dicintai dan disayangi oleh kedua orang tuanya.

Kecantikan gadis desa tersebut tak pelak menjadi daya tarik bagi para lajang yang ada di wilayah tersebut, bahkan juga dari daerah di sekitarnya. Hampir setiap malam ada saja yang datang ke rumah tersebut. Baik yang sekedar berbasa-basi maupun yang dengan niat serius mengajaknya membina rumah-tangga. Di sisi lain, orang tuanya menjadi resah karena sangking banyaknya pria yang datang ke rumahnya. Akhirnya, tanpa berfikir panjang ia mengambil langkah yang menurutnya tepat. " Mulai malam ini, detik ini, tidak boleh ada lagi lelaki yang datang ke sini!" tegasnya.

Di tengah kegalauan ayah gadis tersebut, datanglah seorang santri, sebut saja namanya Jilan Faris Al Hannan. Dia menyapa ayah gadis tersebut. "Assalamu'alaikum pak, gimana kabar bapak hari ini?".
"Wa'alaikumsalam, eh..Faris! saya sedang bingung nih!". jawabnya sambil mengerutkan keningnya.
"Ada apa pak, kalau saya boleh tahu?, mudah-mudahan saya bisa membantu!".
"Ini lho tentang putri saya, setiap malam ada saja yang datang ingin menemuninya, kalau hanya satu orang dengan niat bagus dan jelas sih saya gak binggung!"
"O...begitu, tapi mohon maaf nih pak, ngomong-ngomong siapa sih nama putri bapak?"
"Kalau nama putri saya sih sudah bagus, menggunakan bahasa Arab lagi!"
"Oh..ya? boleh pak saya tahu?".
" Namanya ZURNI LAILA, Bagus ga? kamu kan belajar bahasa Arab!".
" Kalau mendengarnya sih enak pak, tapi maaf nih, bapak tahu ga apa arti nama tersebut?".
" Wah, saya ga tahu tuh, saya hanya ngikutin saran orang saja. Nah kamu tahu kan?"
" Setahu saya pak, Zur itu berasal dari kata Zaara Yazuuru Ziyarah yang artinya berkunjung. Dan Zur merupakan bentuk perintah yang artinya kunjunggilah, ni artinya saya dalam kedudukan sebagai objek dan laila artinya pada waktu malam!".
" Jadi, arti lengkapnya?".
" Zurni Laila artinya kunjungilah saya pada waktu malam!".
" Oh....pantesan banyak yang datang ke rumah setiap malam he...Yo wis kalau begitu kamu punya usul ga untuk mengganti nama putri saya?.
" Ada pak, Shofwatul Widad, bisa dipanggil ofa atau ida!".
" Artinya apa, ris?".
" Beningnya Cinta Kasih!".
" Bagus sekali, saya setuju, mudah-mudahan kalau ada yang datang lagi, dia benar-benar datang cinta sejati untuk putri semata wayang sayang!".
" Amin!".
" Kalau nama kamu sendiri artinya apa, ris?".
" Jilan artinya Generasi, Faris itu Pemimpin dan Al Hannan artinya yang mengasihi!".
" Subhanallah, kayaknya cocok kalau disandingkan dengan Shofwatul Widad nih?".
" Ah, bapak bisa aja. Ya saya sih tergantung bapak yang punya hak wali untuk menikahkan putri bapak!".
" Alhamdulilah, kalau begitu saya akan nikahkan putri saya Shofwatul Widad dengan kamu ya Jilan Faris Al Hannan!".
" Alhamdulillah, insya Allah segera saya musyawarahkan segala sesuatunya dengan keluarga saya!".
" Oia, ngomong-ngomong, kalau nanti kalian dikarunia anak, akan diberi nama siapa saja?".
" Yang putra bisa saja Raihan AFdhal Nabil, Husnul Mubarak Amin, Najib Maulana Irsyad, kalau putri: Arina Sa'adah Darain, Najwa Fitri Azkia, nabila Nailatul Mumtazah dan masih ada beberapa tabungan nama he...!"
" Oke deh, insya Allah nama-nama tersebut menjadi harapan keluarga kita ya!".
" Ya Pak, amin!".

-#-##-###-####-#####-
Sementara orang masih belum peduli dengan nama, what's a name? apa arti sebuah nama, kata mereka. Namun bagi kita, nama adalah do'a untuk kebahagian di sini dan di alam baka, amin!.

Parung Panjang Bogor, Selasa, 14.01 wib, 13 Oktober 2009.

Kamis, September 17, 2009

Berfikirlah Sebelum Berbuat!

Pada suatu hari, ada seekor Kancil yang sedang kelaparan. Sudah berhari-hari ia tidak menemukan makanan. Badannya mulai lemas dan panas, hampir saja ia jatuh sakit. Di dalam hatinya yang paling dalam ia bertekad harus menemukan makanan, karena kalau tidak, dipastikan ajal akan segera menjemputnya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, sang Kancil malang tersebut mulai berjalan menelusuri pinggiran hutan. Sesekali ia terseok dan gontai hampir terjatuh.

Wamaa ladzdzaatu illaa ba'dat ta'bi. Sungguh kesusahan dalam usaha akan menambah manis dan indahnya hasil yang diraih. Sang Kancilpun menemukan sebuah kebun buah yang sangat ranum. Hampir segala aneka buah ada di kebun itu. Wah...Semangka yang besar nan segaaaarrr....Anggur yang menawan.... Pisang yang ahai..manisnya......dan buah-buahan yang serba menarik pandangan. Hewan bertubuh kecil itu sangat suka-cita mendapati karunia alam ini.

Sayang seribu sayang, kebun buah nan menawan itu terpagari tembok yang tinggi dan tebal. Sementara pintu masuknya terkunci rapat dari luar. Ia pantang berputus asa, ia berjalan memutari kebun buah itu dan akhirnya....ada sebuah lubang di sebuah sudut dekat jalan.Ia segera menghampirinya. Sayang...ketika ia mencoba memasukinya, hanya kepala saja yang bisa masuk, sementara badanya masih tertahan di luar. Satu-satunya cara agar ia bisa masuk ke dalam adalah ia harus menguruskan badannya sehingga lebih kecil dari lubang tersebut. Ia pun berpuasa untuk beberapa har lamanyai.

Setelah dirasa cukup, ia segera masuk ke dalam kebun buah tersebut. Dan tanpa banyak berfikir lagi, ia segera menikmati segala yang ada di sana. Ia kini hidup dalam kebun buah yang sangat memenuhi kebutuhan makannya. Lama-kelamaan, badannya kembali menjadi besar seperti sebelum kelaparan dulu.

Pada sebuah kesempatan, sang Kancil itu sedang duduk-duduk santai setelah kenyang melahap buah-buahan. Tiba-tiba matanya tertuju pada pintu kebun buah yang terkunci rapat dari luar. Ia segera teringat sesuatu."Oia, ini kan kebun buah milik pak Tani. Sebentar lagi, ia pasti akan datang memanennya, wahhh..gawaat nih.!" pikir binatang kecil itu.

Kini, hanya ada dua pilihan untuk Kancil itu: Berleha-leha menikmati aneka macam buah dengan ancaman ditangkap dan mungkin dibunuh oleh si pemilik kebun atau ia harus segera keluar menyelamatkan diri dengan meninggalkan kebun yang sangat lezat itu?. duh..pilihan yang tidak mudah ya. Akhirnya, ia memilih opsi ke dua.

Ia segera mencari lubang tempat masuk dulu. Sayang, jangankan badan, kepalanya saja kini sudah tidak muat di lubang itu. Ia terpaksa harus kembali berpuasa sementara di depan mata aneka buah sangat menggoda!. "Saya harus bisa!" pekiknya dalam hati. Akhirnya, setelah badanya kembali lebih kecil dari lubang itu, barulah ia bisa keluar menyelamatkan diri.

Fikirkanlah, sang Kancil yang biasanya cerdik itu, kali ini ia masuk kebun buah dalam keaadan lapar dan begitu juga ketika keluar darinya!. Pantas sekali Sang Idola kita, Rasulullah Muhammad SAW. mengingatkan: BETAPA BANYAK ORANG BERPUASA, NAMUN TIDAK MENDAPATKAN BAGIAN APA-APA DARI PUASNYA, KECUALI LAPAR DAN DAHAGA!. MA'ADZALLAH MIN DZALIK!

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H.Taqabbalahu minna wa minkum, kulla 'aamin wa antum bikhair, amin!.
Sukorejo Kendal,Kamis siang 27 Ramadhan 1430 H / 17 September 2009 H.

Selasa, September 08, 2009

Keutamaan Dan Hikmah Puasa Ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله أولا وأخر, الحمد لله الذي جعل رمضان شهر الصيام , وأنزل فيه القران, هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان.
أشهد أن لا إله الله وحده لاشربك له خالق العالم وأشهد أنّ محمداعبده ورسوله خير الأنام, اللهمّ صلّ على محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الأمي وعلى أله وصحبه وسلّم تسليما, عدد ما أحا ط به علمك, ما خطّ به قلمك , واحصاه كتابك وارض اللهمّ عن ساداتنا أبي بكر وعمر وعثمان وعلي وعن الصحابة أجمعبن وعن التابعين وتابعيهم بإحسان إلى يوم الدين, صبح ليس بعده مساء ومساء ليس يليه صبح, يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم.
أمّا بعد.
قال الله تعالى وتبارك وتقدّس في محكم تنزيله وهو أصدق القائلين, أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم: يا أيها الذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعللكم تتقون. (البقرة : 183).
أيّها الصائمون الأعزّاء, إتّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون!

Sidang Jum’ah rahimakumullah!
Sungguh besar pengaruh nikmat iman yang Allah karuniakan kepada kita dalam menjalani roda kehidupan. Terutama pada bulan Ramadhan nan penuh kasih-sayang dan ampunan, pengaruh iman tersebut semakin nyata adanya. Marilah sejenak kita mengigat dan memperhatikan lingkungan sekitar kita, niscaya kita akan semakin sadar bahwa hidayah Iman ini sungguh mahal tak tergantikan. Kita wajib bersyukur karena termasuk hamba-hamba Allah yang dipilihNya untuk mau dan mampu melaksanakan ibadah agung ini. Sementara di luar sana, masih banyak orang lain yang mengaku sebagai muslim, namun tanpa adanya ‘udzur syar’i, tanpa rukhshoh dan dengan sepelenya mereka tidak berpuasa. Sekali lagi, ini semua pertanda iman sangat berpengaruh terhadap perilaku dan sikap manusia. Dikatakan oleh seorang bijak, jika mau, tentu ada seribu jalan, namun jika enggan, maka akan mendatangkan beribu alasan!.

Ikhwani Fillah, arsyadakumullah!
Pengetahuan tentang keagungan dan keutamaan bulan suci Ramadhan haruslah kita fahami dengan baik, Marilah kita mereviewnya agar dapat memperoleh keberkahannya. Diantara keistimewaan bulan Ramadhan adalah:

a. Bulan Al Qur’an dan diwajibkanyya Shoum Ramadhan

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (Al Baqarah : 185).

Hendaknya kita selalu menyakinkan diri bahwa alQur’an adalah way of life (jalan hidup), tahapanya adalah kita harus mampu membacanya dengan baik, memahami kandungannya, mengamalkan pemahaman tersebut secara optimal serta mendakwahkannya melalui berbagai media dan sarana.
Pada masa awal Islam, mereka diberi pilihan untuk berpuasa bagi yang mau, adapun yang lain boleh menggantinya dengan fidyah. Kemudian dengan turunnya QS. Al Baqarah: 183, semua umat Islam diwajibkan Shoum Ramadhan, kecuali yang mendapatkan Rukhshoh yaitu orang yang sakit yang tidak mampu berpuasa, orang yang sedang melakukan perjalanan jauh, wanita yang sedang melahirkan dan menyusui. Dan mereka diwajibkan mengganti puasa tersebut di hari-hari lain.

Ternyata bukan hanya umat Muhammad yang berpuasa. Sejarah mencatat, sebelum kedatangan Muhammad, umat Nabi yang lain diwajibkan berpuasa. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, nabi Adam alaihissalam diperintahkan untuk tidak memakan buah khuldi, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu. “Janganlah kamu mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (Al-Baqarah: 35).

Begitu pula nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Dalam Surah Maryam dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa. Nabi Daud alaihissalam sehari berpuasa dan sehari berbuka pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad saw. Sendiri sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain. Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Madinah pada masa itu turut mengamalkan puasa Asyura.

Begitu pula, binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular, berpuasa baginya untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga.
Jika berpuasa merupakan sunnah thobi’iyyah (sunnah kehidupan) sebagai langkah untuk tetap survive, mengapa manusia tidak? Terlebih lagi jika kewajiban puasa diembankan kepada umat Islam, tentu saja memikili makna filosofis dan hikmah tersendiri.

b. Dibelenggunya Syaitan

Jika telah tiba bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Bagi seorang mu’min sejati, insya Allah, dengan hadirnya bulan Ramadhan ini, ia mau dan mampu merasakan semangat ibadah yang lebih maksimal dan meningkat, dibandingkan dengan di luar bulan Ramadhan. Hanya yang belum tercerahkan dengan hidayah Allah sajalah, yang belum merasakan nikmatnya beribadah di bulan Ramadhan ini.
c. Lailatul Qadr
Inilah malam yang memiliki kemulian melebihi seibu bulan. Memang banyak pendapat tentang tanda-tanda dan kapan datangnya malam itu. Maka satu-satunya cara agar kita mendapatkannya adalah pastikan bahwa satu bulan full selama Ramadhan ini, kita tidak ketinggalan dari berbagai ibadah, seperti sholat fardhu 5 waktu dengan berjama’ah di masjid, mendawamkan qiyamullalil dan shalat-shalat sunnah lainnya, tadarrus Al Qur’an, I’tikaf serta ibadah-ibadah lainnya.

Ikwani fiddin, a’azzakumullah!.
Ibadah Shoum memiiki fadhilah dan hikmah yang sangat penting bagi manusia. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan ibadah Shoum Ramadhan akan mendapatkan: penghargaan, penghormatan dan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa, diampuni dosa-dosanya, mendapatkan pahala yang berlipat-ganda, diselamatkan dari siksa api Neraka dan akhirnya dimasukkan ke Syurga.

Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda : Setiap amal manusia terdapat pahala yang terbatas kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku (Allah) yang membalasnya, dan puasa adalah perisai. Dan pada hari puasa janganlah kalian mengatakan atau melakukan perbuatan keji dan janganlah membuat gaduh, jika salah seorang kalian mencelanya atau membunuhnya maka hendaklah mengatakan : Sesungguhnya aku sedang berpuasa , demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya benar-benar bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi, bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang ia gembira dengan keduanya : jika berbuka ia gembira, dan jika bertemu Allah dengan puasanya ia gembira. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Puasa adalah perisai, dengannya seorang hamba terjaga dari api neraka (hadits shahih riwayat Ahmad)

Dari Abu Umamah, ia berkata, aku bertanya Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amal yang memasukkanku ke surga, Nabi bersabda : Hendaknya engkau berpuasa, tiada yang menyamainya. (Hadits riwayat Nasai, ibnu Hibban, dan Hakim dan sanadnya shahih)

Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, berkata puasa : Ya Allah, Engkau telah mencegah orang yang berpuasa dari makanan dan syahwat, maka berikanlah syafaatku padanya, dan berkata Al Qur’an : (Ya Allah) Engkau mencegahnya dari tidur pada malam hari, maka berikanlah syafaatku padanya, Allah berfirman :Keduanya akan diberi syafaat.(Hadits riwayat Ahmad dan Hakim).

Dari Hudzaifah bin Yaman ia berkata, Rasulullah bersabda :Fitnah laki-laki pada keluarganya, hartanya, anaknya, tetangganya, dihapuskan oleh shalat, puasa dan sedekah. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Sahl dari Nabi bersabda :Sesungguhnya dalam syurga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hariu kiamat, dan selain mereka tidak akan masuk melaluinya. Dikatakan : Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka pun berdiri.Dan selain mereka tidak akan memasukinya . Maka jika orang-orang yang berpuasa sudah memasukinya ditutuplah pintu itu dan tidak seorangpun akan memasukinya, Dan barangsiapa yang telah masuk ia pasti minum dan barangsiapa yang minum ia tidak akan kehausan selamanya. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).

Ikhwani fillah, arsyadakumullah!
Ibadah Shoum juga memilki berbagai hikmah yang luar biasa. Baik secara pribadi maupun kolektif.

Puasa dan Muraqabah
Ibadah puasa dimaksudkan, antara lain, untuk menumbuhkan kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran bahwa Allah SWT hadir, melihat, dan menyaksikan semua prilaku kita. Kesadaran inilah yang membuat seseorang malu dan tak mau berbuat dosa. ''Seorang tidak mungkin mencuri atau melakukan kejahatan, sedangkan ia beriman kepada Allah dalam arti menyadari kehadiran dan pengawasan-Nya.'' (HR Muslim).

Pengawasan Allah ini bersifat absolut; lahir dan batin. Tak ada sesuatu kecuali di bawah kontrol dan pengawasan-Nya. Dalam Alquran, Allah SWT disebut sebagai pengawas manusia (QS an-Nisaa [4]: 1), bahkan pengawas segala perkara. ''Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.''(QS Al-Ahzab [33]: 52).
Dalam ajaran kerohanian Islam, kesadaran yang tinggi tentang adanya pengawasan Allah SWT itu dinamai muraqabah. Muraqabah dimaknai sebagai kemampuan memusatkan pikiran dan perhatian menuju Allah SWT semata. Kedudukan muraqabah menjadi penting, karena tanpa muraqabah, derajat takwa yang menjadi tujuan akhir puasa tidak mungkin bisa dicapai.

Imam Qusyairi, dalam bukunya yang termasyhur, Risalah al-Qusyairiyah, menuturkan, tiga keutamaan dari kesadaran adanya pengawasan Tuhan (muraqabah) itu:
Pertama, muraqabah mendorong manusia melakukan evaluasi dan introspeksi diri (mahasabat al-nafs). Kata Qusyairi, orang yang menyadari Allah SWT mengawasi laku perbuatannya, ia pasti akan menghitung-hitung dan mengkalkulasi kebaikan dan terutama keburukan serta dosa-dosanya.
Kedua, muraqabah meningkatkan rasa takut kepada Allah SWT (makhafat Allah). Nabi Yusuf selamat dari godaan Zulaikha, karena kesadaran (muraqabah) ini. ''Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan dosa) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (QS Yusuf [12]: 24).
Ketiga, sebagai kelanjutan logis dari dua keutamaan tersebut, muraqabah dapat mendorong manusia meningkatkan amal kebaikan (shalih al-a'mal). Sufi lain al-Sarraj, pengarang kitab al-Luma', menambahkan satu keutamaan lain dari muraqabah, yaitu perasaan dekat dengaan Allah SWT (hal al-qurb).

Perasaan dekat ini akan mempertebal pengharapan atau optimisme (al-raja'), dan selanjutnya optimisme memperbesar peluang terkabulnya doa. Inilah makna firman Allah SWT, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.'' (QS Albaqarah [2]: 186).



Puasa dan Solidaritas Sosial

Ikhwani Fillah, arsyadakumullah!
Rasulullah SAW. Mengajarkan bahwa shadaqah yang terbaik adalah shadaqah di bulan Ramadhan. Makanya beliau sangat menganjurkan umatnya untuk saling berbagi rizki dan kepedulian, baik berupa memberikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa (Ta’jil dan Ifthorus Shaim), santunan anak yatim dan juga zakat fitrah. Mengapa?
Karena, ternyata puasa bukan hanya menahan dari segala sesuatu yang merugikan diri sendiri atau orang lain, melainkan merefleksikan diri untuk turut hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, memusnahkan kecemburuan sosial serta melibatkan diri dengan sikap tepa selira dengan menjalin hidup dalam kebersamaan, serta melatih diri untuk selalu peka terhadap lingkungan. Rahasia-rahasia tersebut ternyata ada pada kalimat terakhir pada ayat 183 surah al-Baqarah.

Allah swt mengakhiri ayat tersebut dengan “agar kalian bertakwa”. Syekh Musthafa Shodiq al-Rafi’ie (w. 1356 H/1937 M) dalam bukunya wahy al-Qalam mentakwil kata “takwa” dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme dan kodrat manusia dari perilaku layaknya binatang. Dengan puasa, manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dari sini puasa memiliki multifungsi. Setidaknya ada tiga fungsi puasa: tazhib, ta’dib dan tadrib. Puasa adalah sarana untuk mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta’dib), serta medium latihan untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya bermuara pada tujuan akhir puasa: takwa. Takwa dalam pengertian yang lebih umum adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Takwa dan kesalehan sosial adalah dua wajah dari satu keping mata uang yang sama, mengintegral dan tak dapat dipisahkan.

Hadirin, sidang jum’ah rahimakullah!
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita bermunajat, semoga Allah senantiasa menyayangi dan menolong kita dalam kehidupan ini. Secara khusus, marilah kita juga panjaatkan do’a semoga untuk saudara-saudara kita yang di Tasikmalaya dan sekitarnya, yang sedang Allah berikan musibah gempa bumi 7,3 skala richter. Menurut informasi di televise, bencana alam ini telah menghancurkan 18.000 rumah lebih sehinga ribuan orang harus menjalani ibadah Shoum dalam tenda-tenda pengungsian. Di sisi lain, puluhan orang dipastikan sudah meninggal dunia serta ratusan lainnya mengalami luka-luka. Semoga Allah mudahkan urusan mereka dan menjadi pelajaran bagi kita semua, amin!.

بارك الله ولكم في القرأن الكريم, نفعني وإياّكم يما فيه من الأيات و الذكر الحكيم, وجعلني وإيّكم من الصالحين المخلصين في كلّ وقت ومكان, و سلّمني و إيّاكم من كلّ مصيبة ومعصية, أمين يا مجيب السائلين!

Darunnjah Cipining Bogor, Jum’at 14 Ramadhan 1430 H

Rabu, September 02, 2009

MEMONOPOLI SYURGA?, JANGAN DONG! (Berhikmah Dalam Berda’wah).


Alkisah ada dua santri yang baru saja menyelesaikan tahapan tholabul ‘ilminya di sebuah pesantren. Meskipun mereka berdua masih memilki hubungan keluarga, namun watak, sikap dan perilaku mereka tidak sama. Sebut saja nama keduanya adalah Alif dan Ba. Masing-masing memiliki kelebihan, sebagaimana nereka juga mempunyai kekurangan. Alif berwatak keras, tegas, teguh pendirian, tidak kenal kompromi dalam nahi munkar, boleh dibilang ia kurang sabar ketika melihat fenomena di depan mata, yang tidak sreg dengan hati nuraninya. Sedangkan Ba memiliki watak yang halus, low profile, lembut, senang bermusyawarah dan mencoba untuk mengerti kondisi yang dihadapi.

Sekembalinya di tempat asal, mereka segera bersosialisasi dengan masyarakat. Mereka juga mencoba akrab dengan para tokoh agama sebagaimana yang mereka praktekan selama di pesantren. Kedekatan mereka dengan para kyai tersebut, menghantarkan mereka mendapat tempat tersendiri di hati para pewaris Nabi ini. Hingga pada suatu hari, mereka berdua mendapatkan tugas untuk menjadi dai di kampung sebelah.

Tersiar kabar bahwa di kampung sebelah terdapat sebuah aliran sesat. Ada seorang kyai yang mengajari umatnya untuk sholat sambil membawa Gayung. Tentu saja, serta merta kabar itu tersebar luas hingga menjadi buah bibir di kalangan para kyai dan umat di kampung lainnya. Di sinilah, kedua alumni santri tersebut mendapatkan tugas untuk meluruskan apa yang mreka sebut ‘bid’ah dholalah’ itu.

Giliran pertama diberikan kepada Alif. Ia segera datang ke kampung tersebut dan menyaksiskan dengan mata kepala sendiri, apa yang selama ini menghebohkan itu. Merasa berkewajiban untuk ishlah, darahnya mendidih seketika melihat ibadah utama itu dilakukan dengan cara yang tidak lazim. Dan tanpa basa-basi, ia segera melancarkan misi utamanya. Ia minta kesempatan pada kyai kampung tersebut, untuk menyampaikan tau’iyah. “Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah, sungguh apa yang kalian lakukan dalam sholat dengan membawa gayung ini, merupakan Bid’ah Dholalah, dan pelakunya yang tidak mau bertaubat, pasti akan masuk Neraka yang mengerikan!” jelasnya berapi-api tanpa peduli perasaan hati mereka.

Apa yang terjadi selanjutnya?. Mendengar peringatan keras itu, umat bukannya merasa mendapat pencerahan, namun justru merasa dilecehkan. Tanpa diduga, salah-seorang dari mereka berteriak: “Pukul…ini adalah penghinaan terhadap pak kyai kita!”,Serta-merta mereka memukuli dai muda tersebut dengan gayung-gayung yang masih mereka pegang. Tak ayal lagi, pemuda tersebut pingsang dan sekujur tubuhnya babak-belur dihajar massa. Ia segera dikembalikan ke daerah asalnya.

Selang beberapa lama kemudian, tibalah giliran Ba. Ia datangi jama’ah yang sedang sholat Maghrib sambil membawa gayung tersebut. Ia ikut sholat berjama’ah dengan mereka, namun tentu saja minus Gayung. Seusai wirid dan sholat ba’diyah, ia sowan kepada kyai kampung itu. “Assalamu’alaikum pak kyai, bagaimana kabar jama’ah?” sapanya dengan penuh kesopanan. “Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Adik ini siapa ya?” jawab pak kyai dengan tawadhu. Sungguh, sekencang kita melempar Bola ke dinding, sekencang itulah ia berputar arah kembali ke arah kita. Singkat cerita, mereka tampak akrab dengan mengormati maqam masing-masing.

Ditengah suasana silaturahmi yang kondusif ini, da’i muda tersebut mulai masuk ke dalam misi utamanya. “Pak kyai, mohon maaf nih, boleh nggak saya ingin ngaji di sini?”. “O..silahkan, dengan senang hati” jawab kyai. “Kalau pak kyai berkenan, saya ingin tahu referensi tata-cara sholat yang diajarkan kepada umat di sini!”. Selang beberapa menit, kyai tersebut datang kembali dengan membawa dua buah kitab Kuning dalam judul yang sama. Satu kitab dipegang oleh kyai, dan yang lainnya dipegang oleh santri abadi. Mereka pun mulai menelusuri huruf-huruf Arab tanpa harakat atau yang dikenal dengan kitab gundul.

Ketika mereka sampai kepada bab Sholat, terjadilah dialog berikut ini: “Pak kyai, mengapa umat Islam di sini ketika sholat mereka sambil membawa gayung?” Tanya Ba. Sejenak kyai tersebut memperhatikan wajah pemuda di hadapannya, ia tidak temukan rona penentangan, justru sebaliknya, tampak keingintahuannya. “Coba kamu perhatikan baris ini!” pinta kyai sambil menunjuk deretan kalimat yang terdiri dari huruf-huruf: Shod, lam bertasydid, wawu dan alif, rangkaian berikutnya ba bersambung dengan alif, disusul lam disambung dengan mim, ghin, ra, fa dan ta marbhuthah. “Silahkan, coba kamu baca” kyai itu menyuruhnya membaca rangkaian itu. “Sholluu bilmighrafah!” bacanya dengan yakin. “Apa artinya?” Tanya kyai. “Sholatlah kamu sekalian dengan Gayung!”.

Dai muda ini sedikit kaget mendapati tulisan dan arti dalil itu. Ia coba bersikap setenang mungkin meskipun hatinya mulai tidak nyaman dengan apa yang dihadapinya. Diam-diam ia berdo’a dalam hatinya, memohon kepada Allah agar menjadi asbab hidayah bagi ummat. “Allahumma alhimnaa maraasyida umuurinaa wa a’idznaa min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa, amin!”. Allah memang Maha Kuasa, sekonyong-konyong ia melihat kitab yang dipegangnya, dan mendapati rangkaian kalimat tersebut dengan sedikit perbedaan. “Pak kyai, mohon maaf nih, kok tulisan yang di kitab ini, agak berbeda?”. “Yang mana?” Tanya kyai. “Di sini tertulis: Sholluu bil ma’rifah!”. Jawab dai muda itu tanpa ragu-ragu. “mana yang benar, pak kyai?”.

Kyai tersebut termenung sambil mengerutkan dahinya. Beliau mencoba mengingat-ingat sesuatu. Dan….akhirnya, beliaupun tersenyum sendiri. Dai muda itu agak heran, belum sempat ia mengungkapkan keheranannya, beliau berkata: “Astaghfirulah……subhanallah wal hamdulillah walaailaahaillahu Allahu Akbar!”. “Ada apa pak kyai?”. “Alhamdulillah, kehadiran ananda ke sini, membawa berkah kebenaran. Rupanya selama ini, saya telah mengajarkan sesuatu yang salah kepada umat!”. “Mengapa bisa begitu pak kyai?”. “Dulu ketika saya ngaji, saya termasuk santri pelor alias nempel-molor he…., ketika saya sedang ngaji bab sholat ini, saya sedang ngantuk berat sekali, rupanya bolpen yang saya pegang jatuh tepat di atas huruf ‘ain. Makanya, saya membacanya: shollu bilmighrafah, padahal mestinya Shollu bil ma’rifah yang artinya Sholatlah kamu sekalian dengan penuh mengerti maksudnya!”

Sebelum Sholat Isya, kyai tersebut mengumpulkan jama’ahnya dan menceritakan ihwal kesalahnnya dalam mengajarkan sholat sambil membawa Gayung tersebut. “Kita patut bersyukur kepada Allah dan berterima-kasih kepada santri ini, karena sekarang kita terbebas dari bid’ah dholalah itu” ungkap kyai sambil tersenyum penuh syukur kepada dai muda tersebut. Beliaupun menceritakan betapa bahayanya menjadi santri pelor alias nempel molor, karena bisa salah faham. Mereka memulai sholat Isya tanpa membawa gayung lagi. Dai muda itu merasa sangat senang dan segera pamit pulang. Benar sabda Rasulullah SAW.: “Ketika seseorang mendapatkan kebenaran karena disebabkan olehmu, hal itu jauh lebih berharga daripada Unta Merah!”. Salam sukses untuk para Dai di manapun dan kapanpun!.
(Diceitakan ulang oleh Muhlisin Ibnu Muhtarom, Jum’at Sore, 7 Ramadhan 1430 H, di ‘Penjara Suci’ Darunnajah Cipining Bogor)

Selasa, Agustus 25, 2009

SOBAT, JANGAN LUPA JALAN PULANG YA!



Syahdan, ada seorang Raja bijaksana nan mulia. Ia memiliki Hulubalang yang sangat loyal dan mencintainya. Bahkan pembantu Raja tersebut merasa tidak cukup dan belum puas, kalau tidak mengungkapkan secara verbal loyalitas dan kecintaannya. Hingga terjadilah sebuah dialog di antara keduanya: Hulubalang: “Wahai Paduka Raja, saya sungguh cinta dan ingin berbakti sebaik mungkin kepada Baginda yang mulia!”. Raja: “Baik, saya sangat senang mendengar pengakuan ini, untuk itu besok saya akan memberikan tugas kepadamu, kamu siap?”. “Siap, Baginda!” jawab sang Hulubalang mantap. “Baiklah, dalam tugas perjalananmu nan jauh ini, saya akan sertakan tiga kawan, ingat baik-baik nasehat saya: PERLAKUKAN MEREKA DENGAN ADIL DAN JANGAN PILIH KASIH!” “Siap, Baginda!, terima-kasih, mohon do’a semoga saya bisa mengemban tugas ini dengan sukses!”

Keesokan harinya, setelah segala persiapan dan kebutuhan dirasa sudah cukup, Basyar, nama Hulubalang tersebut, memulai perjalanan jauh dengan ditemani tiga kawannya, yaitu; Anis, Harben dan Amshol. Mereka mengendarai Kuda untuk menuju sebuah pantai. Mereka melalui jalan-jalan setapak yang terjal, masuk ke hutan nan lebat, naik Gunung, turun tebing dan menelusuri bebukitan. Setibanya di Pantai, mereka segera naik Perahu dayung untuk menyeberangi lautan. Begitu Perahu itu bergerak, angin laut mulai menyapa, gulungan ombak dan badai juga datang memberikan salam perkenalan.

Setelah menyeberangi lautan, mereka tiba di tempat tujuan. Tempat itu sangat sunyi dan sepi, seolah belum pernah terinjak oleh kaki. Mereka segera mendirikan rumah kecil yang akan melindungi dari sengatan terik Mentari dan siraman air hujan. Sungguh, suasana yang serba baru dan jauh dari kemilauan serta kemegahan istana yang mereka nikmati selama ini. Sejurus kemudian, mereka berkumpul untuk musyawarah dalam pembagian tugas. Kini, memasak makanan, mencuci pakaian, mengusahakan dan menjaga kebersihan serta menjamin keamanan tempat-tinggal, menjadi rutinitas yang harus dipergilirkan.

Hari berganti minggu, minggu berlalu menjadi bulan. Rupanya Basyar mulai lupa dengan nasehat Baginda Raja. Ia berlaku dzalim. Anis dan Harben sangat dimanja dan dianak-emaskan, sementara Amshol dianak-tirikan. Kedua kawannya tersebut, ia berikan makan yang lezat dan pakaian yang mewah tanpa banyak pekerjaan yang ditugaskan. Sedangkan Amshol harus banting tulang dan peras keringat, bekerja sepanjang hari tanpa makanan, minuman, pakaian dan rehat yang cukup. Ia menjadi kurus-kering, tak ubahnya mayat hidup.

Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidak-adilan, datanglah utusan Raja membawa pesan untuk sang Hulubalang. “Basyar, besok anda diharuskan menghadap tuan Raja, sebaiknya anda segera bersiap-siap!”. Basyarpun kaget dan menjadi bingung. Ia lihat dirinya sudah semakin renta. Pandangan matanya tidak setajam dulu lagi, kulitnya juga sudah berkeriput, gigi-giginya mulai permisi satu-persatu, dan tenaganya juga sudah jauh berkurang. Dalam kegalauannya, ia kembali terbayang perjalanan panjang yang tidak mudah untuk kembali menghadap Raja. Ia pun mulai berfikir, bagaimana agar dapat sampai ke istana Raja dengan selamat. Ia teringat dengan kawan-kawanya. Secercah harapan kembali menghampirinya, ia sedikit lega dan tersenyum penuh makna.

“Harben, besok saya dipanggil baginda Raja, maukah kamu menemaniku? tanya Basyar penuh harap. Dan di luar dugaannya, Harben menjawab: “Oke, saya mau mengantar kamu, tapi hanya sampai di depan pintu rumah, sorry, saya masih banyak kebutuhan di rumah!”. Ia mulai kecewa dengan salah-satu kawannya.

Ia datangi Anis dan mengajukan permintaan serupa, namun jawaban ia mendapatkan jawaban yang belum memuaskannya. “Saya sanggup mengantar lebih jauh, saya akan mengantar kamu sampai Dermaga. Setelah itu, silahkan teruskan perjalanan dan saya harus kembali karena banyak keperluan lain!” jawab Anis. Hati Basyar yang kian hancur dan dirundung putus asa yang mendalam.

Di tengah-tengah kerisauan dan keresahan yang sangat, ia ingat kepada satu kawan lagi yang selama ini ia anak-tirikan, dilupakan dan tak diacuhkan. Hatinya bimbang dan masygul, ia sangat malu untuk minta bantuan kepada Amshol, namun ia tidak bisa berharap banyak dari dua kawan lainnya. Dengan menanggung rasa malu dan persaan tidak enak, ia datang kepada Amshol.

Sungguh, Amshol adalah prototype kawan ideal. Tanpa rasa dendam dan benci sedikitpun, ia member harapan yang sesungguhnya. “Saya akan menemani anda selama perjalanan pulang menuju istana Raja. Tapi mohon maaf, tentu saya hanya bias membantu sesuai kondisi dan kekuatan saya yang kurus-kering dan lemah ini!” jelas Amshol kepada Basyar yang mulai berlinangan air mata, ia sungguh amat menyesal sekali telah mendzalimi kawan sejatinya tersebut.

Pada keesokan harinya, mereka berempat tampak sudah bersiap-siap mengantar perjalanan pulang Basyar. Sampai di depan pintu rumah, Harben kembali masuk ke dalam rumah. Dan ketika mereka bertiga tiba di Dermaga, giliran Anis yang pamit kembali ke rumah. Kini tinggal dua sosok yang sangat memprihatinkan; Basyar yang semakian tua-renta dan Amshol yang kurus-kering!.

Dengan harapan yang tersisa di dalam dada serta kekutan jasad yang kian sekarat, mereka berdua mulai naik Perahu. Duhai....malang nian nasib Basyar…..baru beberapa menit meninggalkan Dermaga, mereka berdua tenggelam karena terjangan ombak dan badai yang tak sanggup mereka lawan.

Sampaikah Basyar ke Istana Raja? TIDAK, Ia yang katanya loyal dan cinta kepada Raja, sukseskah dalam mengemban misi di negeri baru tersebut? TIDAK, Apa sebab utama ia gagal dalam misi ini? IA LUPA KALAU HARUS KEMBALI KE ISTANA RAJA, IA MENDZALIMI KAWAN SEJATINYA.

Sobat, inilah Ilustrasi kehidupan kebanyakan manusia di dunia: Raja tersebut adalah Allah SWT, Basyar adalah kita, manusia, Anis artinya Anak Istri, Harben akronim dari Harta Benda dan Amshol merupakan Amal Sholeh. Kakek moyang kita, Nabi Adam AS. Dulu sudah berada di syurga, untuk menguji loyalitas dan kecintaan kita kepada Allah, sekarang kita berada di Dunia nan penuh dengan aneka tipu daya, hasutan, godaan dan rayuan syetan. Suka-tidak suka, yakin-tidak yakin, suatu saat nanti kita akan didatangi utusan Allah, Malaikat Izrail, karena kita memang harus kembali kepadaNya, SOBAT, JANGAN LUPA JALAN PULANG YA!.
Semoga kita berjumpa di Istana-Nya, amin!.

Minggu, Juni 28, 2009

SUNGGUH, CINTA MEMANG SEGALANYA!

Pada bulan Juni ini, kita disuguhkan sebuah film debutan sutradara senior Chaerul Umam yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih. Film ini diangkat dari salah-satu magnum opus Habiburrahman El Shirazy. Kang Abik memang layak digelari Panglima Laskar Cinta, karena karya-karyanya banyak mengupas tema sentral makna cinta dalam arti yang sesungguhnya. Sebelumnya, lewat Novel Ayat-Ayat Cinta yang juga dialayarlebarkan, alumni al Azar tersebut, mampu memberikan bacaan alternative edukatif di tengah membajirnya bacaan-bacaan yang mendukung dekadensi moral umat muslim terbesar di dunia ini.

Sebagai apresiasi terhadap novel dan film tersebut, dengan segala keterbatasan dan kekurangan saya mencoba untuk ikut memaknai arti penting dan dahsyatnya cinta dalam kehidupan ini. Bukankah tanpa cinta saya tidak akan pernah menulis hal ini?. Benar, begitu disebut cinta, energi positif serta-merta menyeruak dan menyelimuti diri dan nurani ini untuk terus-menerus mencari dan menggapai cinta hakiki, cinta karena dan untuk ilahi.

Adalah Khoirul Azam seorang mahasiswa Al Azhar yang sudah kuliah selama 9 tahun, namun belum juga lulus. Ia sebenarnya termasuk mahsiswa yang cerdar, namun ‘terpaksa’ menunda kelulusan kuliahnya, karena harus membuat dan berjualan Tempe dan Bakso. Bisnis tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan uang yang ia kirimkam untuk ibu dan adik-adiknya di kampung. Terbukti, akhirnya Husna menjadi penulis handal berkat motivasinya. Azam adalah profileseorang anak yang mikul dhuwur mendhem jero kepada orang tua. Cinta keluarga merupakan bukti bagi orang-orang yang penuh wibawa dan kharisma.

Cinta kepada ilmu tanda jiwa ingin sempurna. Perhatikanlah, betapa Anna Althofunnisa yang tampak anggun dan mempesona bagi siapapun yang memandangnya dengan cinta kebenaran. Para pemuda terpana dibuatnya. Sunggguh, bukan karena kecantikan wajah dan eloknya fisik semata. Namun, inner beauty yang menjadikannya bak bintang terang benderang di malam purnama. Ia adalah Aisyah dan Fatimah masa kini.

Selanjutnya, mari kita bertanya?, Bagaimana kalau kita yang menjadi Fadhil? Mampukah kita merelakan orang yang kita cintai untuk dinikahi oleh sahabat kita. Bahkan, meskipun harus menahan beratnya duka dan nestapa, tetap berperan-serta mensukseskan dan meramaikan walimatul ‘Arusy pernikahan tersebut. Ya Allah, betapa cinta kepada sahabat, kawan dan teman memang bagian yang tak terpisahkan dalam mengarungi kehidupan ini. Jangan pernah mengecilkan arti sebuah persahabatan!.

Ah…Furqon, dirimu menunjukkan dan mengingatkan kita pada satu hal yang sangat penting dalam hidup ini. Ilmu, harta, fisik dan hal-hal materi memang tidak akan pernah abadi. Mengapa kita lupa dengan sejarah manusia yang terus berulang? Bukankah Fir’aun sang raja dihinakan dengan tenggelam di laut Merah?, bukankah Qorun sang milyader kala itu, juga mati ditelan bumi?, kita mestinya juga senantiasa ingat kaum Ad dan Tsamud yang diadzab dengan badai dan hujan batu, meskipun mereka memilki peradaban yang cukup maju! Marilah kita belajar untuk menjadi Nabi Sulaiman yang notabene Raja dan Ilmuwan, namun tetap pandai bersyukur. Ingatlah kesyukurannya tatkala mendengar imbauan raja Semut kepada anak buahnya!.

Cinta..dan…cinta, sang ibu yang meneteki bayinya itulah cinta, sang pemimpin yang menangis karena penderitaan rakyatnya itulah cinta, seorang guru yang sabar mendidik santrinya itulah cinta, seorang pejalan kaki yang dengan ikhlas mengulurkan tangannya pada pengemis itulah cinta. Ayam betina yang mengerami telurnya itulah cinta, hujan yang turun dari langit ke bumi itulah cinta, bahkan kerikil atau duri yang mengenai kaki itulah cinta! Ya Allah, Engkau ciptakan segalanya juga karena cinta. Ilaahii anta maqsuudii wa ridhaaka mathluubii, a’thinii mahabbataka wa ma’rifataka, amin!.

Senin, Mei 11, 2009

MAU KEMANA ARAH PENDIDIKAN KITA?

Pendidikan sesungguhnya merupakan proses penting dalam menerpa kehidupan seseorang. Tujuan utama pendidikan seorang muslim adalah agar ia menjadi lebih faham terhadap hakikat kehidupan yang dijalaninya. Hidup ini merupakan anugerah yang luar biasa. setiap kita akan melewati empat fase alam kehidupan: Alam Rahim (9 bulan, 10 hari), Alam Dunia (60-70 tahun), Alam Barzah (alam penantian) dan Alam Akhirat (kehidupan abadi).

Pendidikan yang ideal mestinya memperhatikan segala unsur yang ada pada anak didik. Makanya pendidikan setidaknya harus meliputi: pendidikan ruhani, pendidikan jasmani dan pendidikan akal. sehingga diharapkan akan tercapai keseimbngan yang utuh antara IQ, EQ dan SQ. Dan Pada saatnya, anak didik akan menjadi pribadi yang unggul (insan kamil), yang jauh dari spilt personality.

Bekal terpenting bagi seorang hamba unruk menghadap Tuhannya adalah TAQWA, sebuah loyalitas nan penuh kecintaan tiada duanya. Semua ayunan tangan, langkah kaki, lintasan fikiran dan hati, detak jantung dan setiap tarikan nafas, hendaknya bernilai pengabdian padaNya.

Namun demikian, sungguh disayangkan budaya instant yang dibalut materialisme dan hedonisme, telah merontokkan segala sistem kebenaran yang kita anut selama ini. Orang menjadi mudah untuk menghalalkan segala cara, asal tujuan dan keinginannya tercapai.

Lebih naas lagi, ketika keburukan seperti berbohong, menyontek dan menipu sudah dilakukan secara masif dan sistematis, tentu akan lebih sulit untuk mengharapkan hasil pendidikan yang berimbang antara tujuan duniawi dan ukhrowi. Beberapa kasus yang disinyalir terjadi di tengah-tengah pelaksanaan Ujian Nasional belum lama ini, diakui atau tidak, sungguh telah meruntuhkan budaya kerja keras dan menghargai prestasi sejati. Apa yang akan terjadi, ketika para siswa-siswi justru diajari untuk tidak percaya diri oleh guru mereka? juga, bagaimana mereduksi 'kenangan buruk' tersebut di masa depan mereka?

Di sisi lain, keengganan para pengelola pendidikan untuk terus mengislah lembaga berikut segenap aktifitas yang diprogamkannya, menambah permasalahan tersendiri. Sekedar contoh, tentang pembiasaan berpakaian: mengapa para siswi yang sudah balighah (usia SMP dan SMA) tidak dibiasakan untuk berbusana muslimah pada waktu ke sekolah? bukankah para murid tersebut adalah anak-anak Islam? guru-guru, kepala sekolah, ketua yayasan, kepala dinas dan para staffnya hingga menteri pendidikannya adalah juga orang Islam...????

Jika hal yang dianggap kecil dan tidak memerlukan banyak biaya saja, kita sudah tidak mau dan mampu untuk memperbaikinyanya. Apalagi terhadap hal-hal yang lebih prisipil: seperti pembinaan ahlaq, perbaikan dan pengembangan kurikulum, peningkatan minat dan bakat siswa-siswi? dikhawatirkan, akhirnya lembaga pendidikan yang seperti itu, akan termasuk ke dalam kategori laa yamuutu walaa yahyaa alias tidak bermutu dan kebanyakan biaya he..he..

Lepas dari segala problematika tersebut, marilah kita bersama-sama memperbaiki pendidikan anak didik kita, sesuai kewenangan dan tugas masing-masing. Insya Allah, jerih-payah kita akan menjadi saham kebaikan yang akan kita petih hasilnya di kemudian hari, amin.

Kamis, April 09, 2009

PEMILU : MARI UTAMAKAN UKHUWWAH IMANIYAH!

Satu partai, dua partai atau multi partai, hakikat dan orientasinya hanya dua: HIZBULLOH atau hizbusysyaithon.

Ada di antara kita besaudara/berserikat/berkumpul karena faktor keturunan (ukhuwwah nasabiyyah), ada juga karena faktor organisasi/partai (ukhuwwah hizbiyyah), atau karena nasionalisme dan kebangsaan (ukhuwwah wathoniyyah wa qoumiyyah), bahkan yang lebih luas lagi karena merasa sebagai sesama anak cucu Adam (ukhuwwah basyariyyah).

Berbagai macam 'persudaraan' tersebut tidak salah dan ada benarnya. namun yang perlu difahami, bahwa kesemuanya itu tidak akan kekal dan abadi. Untuk itulah, menghadapi Pemilihan Umum Legislatif dan Eksekutif tahun 2009 ini, kita perlu merujuk kembali sumber inspirasi hidup kita yaitu Al Qur'an. Dalam surat Az Zukhruf ayat 67 dijelaskan bahwa : "Alakhillaau yaumaidzin ba'dhuhum liba'dhzin 'aduwwun illal muttaqiin" orang-orang yang saling mencintai (di dunia), pada hari Qiyamat akan saling menjadi musuh, kecuali yang ukhuwwahnya berbasisi keimanan dan ketaqwaan (ukhuwwah imaniyyah).

Marilah kita memohon kepada Allah SWT, agar negeri umat Islam terbesar di dunia ini dipimpin oleh seorang pemimpin yang takut pada Allah serta sayang kepada umat/rakyatnya, amin. "Allohumma laa tusallith 'alainaa bidzunuubinaa man laa yakhoofuka wa laa yarhamunaa!"

Jumat, Maret 13, 2009

JADILAH SANTRI HAKIKI NAN ABADI!

Jangan engkau ragukan Nasionalisme kami,
karena SANTRI adalah selalu Siap Amankan Negara Tercinta Republik Indonesia!

SANTRI jika ditulis dengan huruf Arab terdiri dari huruf-huruf: Sin, Nun, Ta dan Ro yang harus diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari!
Sin artinya Saliimul Aqiidah, seorang santri harus benar aqidahnya, jangan ternodai dengan thogut/berhala dalam segala variasinya!
Nun artinya Nuurul Ummah, seorang santri harus menjadi cahaya kebenaran untuk diri, keluarga, negara dan umat manusia. Menyalakan sebuah lilin untuk menerangi kegelapan, jauh lebih bijak dan tepatguna daripada hanya melulu mengutuk kegelapan tersebut!
Ta artinya Tarkul Ma'shiyat, seorang santri harus mau dan mampu berjihad meninggalkan ma'siat mata, telinga, lisan, tangan, kaki, fikiran dan hati. Ingat, cahaya Allah hanya layak untuk orang-orang yang bersih hatinya!
Ra artinya Raajin biliqaaillah, dengan aqidah yang benar, selalu berupaya menerangi kehidupan dengan cahaya Ilahi, dan berupaya semaksimal mungkin meninggalkan ma'siat, barulah kita layak untuk Berharap berjumpa dengan Allah, Sang Kekasih Sejati, amin.

INDONESIA TANPA SANTRI BAGAIKAN LANGIT TANPA SANG SURYA!

Selasa, Februari 10, 2009

WISE WORDS FOR US!

In the Name of Allah, The Creator of everything in this universe, He has no wife; He has no child, No one equal of Him. Allah is the first without beginning and the last without ending.

1. Today must be better than yesterday, tomorrow must be better than today.

2. I am not smart but I have great desire.

3. Learn now, happy tomorrow.

4. Costume makes all things easy.

5. You can if you think you can.

6. Give your smile for everyone but give your love only for Allah.

7. Every beginning is difficult.

8. Life is struggle; struggle is tired, but no rose without thorn.

9. First love never dies.

10. What you see is what you get, what you search is what you get.

11. Language is not everything but everything without language is nothing.

12. Love is like the fire, it can’t be made a fool, and it would burn your self.

13. United we stand, divided we fall.

14. Who is keeping his mouth and his tongue, he is released from troubles.

15. Remember Allah He will remember you!

16. Who is keeping his ears at the cry of poor; he also shall cry himself but shall not be heard.

17. Better late than never.

18. The knowledge without religion is blind; the religion without knowledge is lame.

19. Fight the devil; it would go away from you!

20. Practice makes perfect.

21. Be a good Moslem or die as Syuhada !.

22. For the man, to accept is same to give, for woman to accept is same to find.

23. Wisdom is only found in truth.

24. Perhaps you hate something, while it’s good for you, and perhaps you love while it’s danger.

25. A fruitless life is useless life.

26. Prevention is better than cure.

27. Man proposes, God disposes.

28. If you want to be strong, know your weaknesses.

29. Suspicious is the wall between love and hate.

30. The life is choices; make sure you choose the right choice and the best one.

31. Kindness more binding than a loan.

32. Great talkers are little doers.

33. Nothing is more valuable to a man than courtesy.

34. The future is lies the young.

35. Gold is tried by fire brave men by adversity.

36. Never put till tomorrow what you can do to day.

37. No gains without pains.

38. He who digs a pit for others falls into it self.

39. A man is known by the company he keeps.

40. Try to please every body and you will please no body, not even your self.

41. As you sow, so you will reap.

42. Do unto others as you wish to be done.

43. More flies are caught with a drop of honey than a ton of vinegar.

44. A good name is better than riches.

45. All wish to live long, but not to be called old.

16th room, Tuesday Evening, December 5, 2006

Typed by Mr. MIM